Berkata yang Baik atau Diam

 



Keimanan kepada Allah dan hari akhir merupakan pondasi utama dalam kehidupan seorang muslim. Keimanan ini bukan sekadar keyakinan dalam hati, tetapi juga tercermin dalam perkataan dan perbuatan sehari-hari. Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa barang siapa benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir, maka ia hendaklah berkata yang baik atau memilih untuk diam.


Berkata yang baik berarti mengeluarkan kalimat yang membawa manfaat, kebaikan, dan tidak menyakiti hati orang lain. Setiap kata yang keluar dari mulut kita bisa menjadi doa, bisa pula menjadi luka. Oleh karena itu, kita diajarkan untuk berhati-hati dalam berbicara, menghindari fitnah, gossip, kebohongan, dan perkataan yang sia-sia.


Diam bukanlah tanda kelemahan, melainkan sebuah bentuk kedewasaan dan pengendalian diri. Diam pada saat yang tepat mampu mencegah perpecahan, menjaga kehormatan, dan menghindarkan diri dari dosa. Kadang, diam adalah pilihan terbaik ketika kita belum yakin akan kebenaran, atau saat perkataan bisa menimbulkan kerusakan.


Keimanan yang kuat mendorong seseorang untuk menjaga lisannya sebagaimana ia menjaga hatinya. Kata-kata yang baik adalah cermin hati yang bersih, penuh kasih dan keikhlasan. Dengan demikian, perkataan kita akan menjadi ladang pahala yang terus mengalir, bukan batu sandungan bagi orang lain.


Mari kita renungkan bahwa setiap kali kita berbicara, sebenarnya kita sedang menulis sejarah dalam hidup kita sendiri. Apakah kata-kata itu membawa keberkahan atau justru membawa petaka? Dengan iman yang teguh, kita akan lebih bijak memilih berkata atau diam, sehingga kehidupan kita menjadi berkah dan membawa kebaikan bagi semua.

LihatTutupKomentar