Tersenyum adalah bahasa universal yang sering kita anggap sebagai tanda kebahagiaan. Namun, tidak semua senyum mencerminkan hati yang benar-benar bahagia. Di balik senyum yang terlihat cerah, bisa saja tersimpan rasa sedih, gelisah, atau beban yang tak tampak oleh mata.
Sering kali, seseorang memilih tersenyum untuk menyembunyikan luka atau kesedihan agar tidak menjadi beban bagi orang lain. Senyum menjadi topeng yang melindungi dari prasangka atau pertanyaan yang sulit dijawab. Dalam Islam, senyum adalah sedekah yang sangat dianjurkan karena mampu mencerahkan suasana dan menenangkan hati. Namun, kita juga harus peka bahwa senyum bukan jaminan bahwa seseorang sedang dalam keadaan bahagia atau sejahtera secara batin.
Maka dari itu, penting bagi kita untuk tidak hanya melihat permukaan, tapi juga berusaha memahami keadaan orang lain dengan empati dan kepedulian. Kadang yang dibutuhkan bukan hanya senyuman, tapi juga perhatian, waktu untuk mendengarkan, dan dukungan yang tulus.
Kebahagiaan sejati berasal dari kedamaian hati, keikhlasan, dan rasa syukur yang mendalam kepada Allah. Senyum yang lahir dari hati yang bahagia akan memancarkan energi positif yang berbeda—tenang, tulus, dan menyejukkan.
Mari kita jaga hati kita agar senyum kita tidak sekadar wajah yang dipaksakan, melainkan cerminan sukacita batin yang tulus. Dan ketika melihat senyum orang lain, mari kita belajar untuk lebih peka dan peduli, memberikan perhatian yang mungkin lebih dari sekadar melihat wajah cerah mereka.
(Suripah, Penyuluh Agama Islam KUA Kec. Talan Empat)

