Sebaik-baik Manusia adalah yang Paling Bermanfaat bagi Orang Lain

 




Islam mengajarkan bahwa ukuran kemuliaan seseorang bukanlah pada banyaknya harta, tingginya jabatan, atau populernya nama, tetapi pada seberapa besar manfaat yang ia berikan untuk orang lain. Rasulullah ﷺ bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ahmad, Thabrani, dan Daruquthni).


Menjadi bermanfaat berarti mampu menghadirkan kebaikan yang dirasakan oleh orang di sekitar kita. Kebaikan itu bisa berupa tenaga yang kita curahkan untuk membantu, ilmu yang kita bagikan, harta yang kita infakkan, atau sekadar senyum dan sapaan yang menenangkan hati. Bermanfaat tidak harus menunggu kaya, pintar, atau berkuasa; setiap orang memiliki cara dan kesempatan untuk memberi.


Hidup yang bermanfaat adalah hidup yang memiliki nilai di mata Allah dan manusia. Keberadaan kita membawa kedamaian, bukan kegaduhan. Kehadiran kita dirindukan, bukan dihindari. Bahkan, sekecil apa pun kebaikan yang kita lakukan dengan ikhlas, akan bernilai besar di sisi Allah. Rasulullah ﷺ pernah mengingatkan, jangan pernah meremehkan kebaikan sekecil apa pun, meski hanya menyambut saudaramu dengan wajah ceria.


Memberi manfaat adalah wujud nyata dari iman yang hidup di dalam hati. Orang yang imannya kuat tidak akan rela melihat saudaranya kesusahan tanpa berbuat sesuatu. Ia memahami bahwa menolong orang lain sama artinya menolong dirinya sendiri, karena setiap kebaikan yang kita tanam akan kembali kepada kita dalam bentuk keberkahan hidup.


Mari kita menjadikan sabda Rasulullah ﷺ ini sebagai prinsip hidup. Jadilah orang yang ketika hadir membawa kebaikan, ketika pergi meninggalkan doa-doa kebaikan di hati orang lain. Karena kemuliaan sejati bukan diukur dari berapa banyak kita menerima, tetapi dari seberapa besar kita memberi dan memberi lagi.

LihatTutupKomentar