MALAS tetap TEMANMU?



Seperti hal nya manusia yang bertengger di muka bumi ini, yang memiliki harapan-harapan tentang masa depan, Begitu juga diriku.

Harapan sebagai manusia yang berTuhan, sebagai makhluk sosial, sebagai manusia pecinta. Aku ingin memiliki semuanya. Goresan-goresan harapan ku torehkan dalam bentuk catatan yang tercecer. Entah esok atau lusa kan ku bacai lagi dan biasanya hatiku mendadak nyeri. Melihat betapa naifnya diri ini. Berharap sesuatu yang tak mungkin bisa di wujudkan.

Ku rangkai kata-kataku, ku bingkai sebaris yang menjadikanya indah. Ku amati lamat-lamat, aku sudah begini rupanya, seperti manusia yang tanpa alas perasaan. harapan-harapan yang ku inginkan, wajar sekali susah untuk diwujudkan karena semua itu terlalu banyak macamnya dan tidak fokus menggarapnya.

1. I want to be Author.
    Bentuk ihtiar dalam harapan yang satu ini adalah dengan menulis. Terutama menulis pengalaman pribadi diukir sedemikian rupa hingga menjadi suatu yang enak untuk dibaca. Dalam menulis aku ingin tulisanku berkualitas, maka untuk menunjangnya sengaja aku wajibkan diriku untuk mencintai sastra dan membaca. Mendoktrin diri agar gemar membaca itu sangat klise sekali memang tapi hanya ini yang ku mampu. Tidak sia-sia, beberapa buku sastra kelas dunia sudah habis ku baca namun sederetan buku masih banyak yang antri minta di baca. Meski sudah begitu, aku masih tetap tidak menemukan kualitas tulisan. dan Hal yang bercokol dalam diriku adalah kemalasan nomor wahid yang tak mampu berdamai mesti sejenak. Banyak waktuku terbuang sia-sia , kadang hanya untuk meluruskan pinggang sejenak alias tidur-tiduran tang mutu atau hanya main fb-an, bbm-an, dan med-sos lainya yang minim mutu.
Namun, kemampuan menulisku sedikit baik (ini memuji diri sendiri karena tidak ada yang muji ya). Bodohnya aku adalah malu ketika tulisanku di baca oleh orang lain. Enggak tau kenapa, aku merasa semua orang akan menertawakan tulisanku. Yang jelas harapanku yang satu ini sudah ku aktualisasikan. Minatku pada fiksi, novel yang sudah ku rampungkan berjudul  KEPUTUSAN VERTIKAL LIMIT, sekarang sedang menggarap banyak novel terutama lanjutan KVL part I, ada KVL part II, Jomblo Karatan, Curhat lewat lagu, Elegi Cinta Dua Hari Raya (sangking banyaknya jadi gak bisa fokus). Yang penting aku udah ihtiar, hasilnya ku serahkan dengan Tuhan.

2. I want to be a enterprenur.
     Harapan ini pun sudah aku lakukan dari zaman dahulu kala. Entah apa itu karena motivasi dan doktrin dari guru dan teman bahwa orang yang paling sukses adalah pengusaha. Maka aku mendoktrin diri ini untuk menyukai dunia wirausaha , ingat doktrin bukan abakat alami.
Maka dari itu aku belajar jualan, apapun itu. Tapi tidak ada yang berhasil, semuanya mengalami kebangkrutan. Yang terakhir ini aku berpatner supaya ada yang menajemen keuangan dari usaha. Hasilnya masih tetap sama. Kendalanya menurutku adalah tidak fokus. Aku masih tetap bekerja di sektor formal, takut gak maju usahaku dan aku gak punya pekerjaan pula. Gimana nih?

3. I want to be a profesor.
    Kata-kata ajaib bersemi di dinding kamarku. Beberapa temen yang sempat mampir dan melihat kamarku akan jungkir balik karena hal-hal tidak terduga dan lucu menurut mereka. Aku sih santai saja, entah itu mereka mengejek atau apa aku slow men. bentuk ihtiar ini aku lakukan dengan mendalami bahasa inggris. Whats? apa hubunganya?. jelas mau lanjut studi dimanapun sekarang harus ada tes TOEFL nya tuh. makanya yang gak bisa bahasa inggris ya kudu belajar dulu. Soal keilmuan? menyusul. hehehe.

Kendala2. :
* MALAS ; meski sudah mendoktrin diri ini mati-matian untuk bergaya orang rajin, sifat alamiah itu masih tetap bercokol kog. Tuhan aku ingin sekali membunuh rasa itu, tapi nyatanya itu masih berjaya menguasai diri ini. Nah, kalau sudah seperti itu apa perlu di rukyah? Aku sendiri melihat rukyah itu sebagai kekonyolan, mengapa aku harus percaya. Manusia yang berTuhan percaya saja dengan Tuhanya berikut dengan pedoman hidupnya
Malas akan tetap menjadi temanmu kalau kau tidak bangkit saat ini juga. STOP MALAS
* DLL

To Be Continue
LihatTutupKomentar