Pas
lihat-lihat foto zaman doeloe kala eh ketemu ma photo ini. Dadaku ser-seran
seketika , jantung berdegup tak beraturan.
Guys
ini photo menyisakan sejuta kenangan dan sakit hati yang mendalam.
Photo
cover majalah Lempuk edisi pertama kami yang gagal naik cetak karena kesalahan
teknis baik dari pihak kami dan dari penyelenggara, karena miskomunikasi.
Mungkin
aku tipikal orang yang kalau sekali gagal gak mau mencoba lagi alias mudah
putus asa.
Menggarap
untuk sebuah majalah pelajar, tidak mudah butuh proses yang panjang, tetapi
ketika mau naik cetak malah gagal.
Sakit
sekali hingga saat ini. Efek dari itu semua ada rasa ingin balas dendam dengan
melampiaskan keinginan untuk membuat majalah pada adik-adik tingkatku yang
punya potensi dan kreatifitas tapi tidak digali secara signifikan.
Waktu
itu keinginan kami begitu menggebu-gebu karena ada sang motivator dan
penyemangat nomor satu se-IPM se-Indonesia. Katanya udah kerjasama dengan UAD
Jogja sana. Semua syarat sudah kami penuhi, pil pahit akhirnya harus kami telan
juga. Majalah cantik dan menggemaskan kami gagal naik cetak. Yang artinya ya
gagal terbit dan setelah itu ya udah gak ada lagi pembahasan soal majalah. Kami
gantung id card, berhenti menulis hanya yang masih rajin posting status di
facebook doang.
AKu
mungkin termasuk salah satu orang yang rajin ngomel-ngomel entah dimana pula
tempatnya, terkadang tidak bertempat dan tidak tahu siatuasi dan kondisi. Maka
hubungan kerjasama yang awalnya harmonispun kami batalkan. (dari pihak PP IPM)
Mulai
tahun 2011 kami memutuskan untuk menabuh gendering perang. Sakit hati bukan
soal itu saja guys, sebelumnya soal perkaderan paripurna yang diadakan di
kotaku dan sok-sok-an mau pakai hotel berkelas pula. Kami dibuat seperti DPO
yang dikerja-kejar deepcolektor. Kemana-mana hidup kami tidak tenang, terlebih
lagi dengan pihak hotel yang merupakan sudah menjadi bagian keluarga kami-pun
hubungan kekeluargaan terputus. Busyet gila bener. Dan yang paling mengerikan
sekjen mereka gak pernah mau dating ke kota kecil kami, apa kota kami ini
terlalu terisolasi, terlalu jelek, tidak ada yang wah sehingga tidak menarik
minat siapapun.
Aku
ketika ngomel banyak sekali yang bisa dituliskan, berbanding lurus juga ketika
jatuh cinta. Bedanya ketika jatuh cinta menulis yang indah-indah saja dan jika
sakit hati menulis yang jelek dan menyakitkan. Semuanya memiliki porsi yang
sama berkembang diotaku. Menulisnya pun sekarang sudah ada tempatnya yakni di
Blog (busyet). Ternyata menulis di blog gak enak banget gusy, semua orang bisa
baca, bikin malu dong.
Caranya
adalah buat blog yang asal yang jelek dan yang serampangan yang tidak akan
pernah keluar didaftar pencarian google. Aku tau caranya.
Keinginaku
yang sangat meluap saat ini adalah merintis majalah kampus. Alhamdulillah aku
udah mulai punya akses dikampus almamaterku. Aku melihat kampus sebesar ini
tapi kering dengan karya jurnalistik padahal ada tiga jurusan yang berpotensi
kearah dunia tulis menulis. Jauh jika dibandingkan dengan sekolah-sekolah
tingkat menengah pertama di daerah jawa sana (emang ya daerah jawa) rata-rata
mereka punya majalah sekolah. Loh ini setingkat universitas majalah tidak
punya, Koran kampus tidak punya, eh jangankan itu buletinpun gak punya. Atau
aku aja yang gak tahu? Mustahil aku anaknya aktif loh.
Memang
diera multimedia ini mungkin kampus sudah menggunakan media terutama dunia maya
supaya aksesnya lebih gampang. Paling punyanya cumin fb ma website, hello guys
website itu siapa yang mau meng-aksesnya jika bukan dosen dan mahasiswa yang
dosenya upload nilai dan mahasiswa lihat pengumuman nilai, calon murid apakah
tertarik untuk buka web kita? Gak guys mereka lebih suka buka web nya kampus
yang udah gede and mapan dan buka sosmed.
Lalu
media apa?. Majalah pelajar, di kota kita kan belum ada tuh majalah. Kan
majalah biayanya mahal? Yup bener, semahal apa sih. Kamu lihat deh gedung pencakar
langit kampus kita ini, bahkan punya empat kampus. Itu menandakan kampus kita
gak miskin. Lalu, apa yang membuat kita menyerah padhal belum pernah
melakukanya?.
Plis
coba dulu baru bilang ini sulit ini memusingkan ini memutuskan nyali. Kalo aku
piker semakin banyak kegagalan yang kita tempuh membuat kita kaya akan
pengalaman guys.