Kamis, 05 Mei 2016
Bengkulu,
05 mei 2015 tercatat sebagai sejarah baru dalam hidup kami Angkatan Muda Muhammadiyah
(AMM) yang terdiri dari Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul ‘Aisyiyah, Ikatan
Pelajar Muhammadiyah (IPM) dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Apa pasal?,
sesuai dengan yang sudah diagendakan oleh panitia bahwa hari ini kami akan
mengadakan Rihlah Dakwah AMM dan Organisasi otonom (ortom) Muhammadiyah
(ditambah Tapak Suci Putra Muhammadiyah dan Hizbul Wathan) sebagai wadah
ukhuwah islamiyah sesame AMM dan untuk refreshing tentunya. Setelah disepakati
oleh keluarga WhatsAp (wa) Warga Persyarikatan Muhammadiyah Bengkulu
menyepakati bahwa Air Terjun Datar Lebar Bengkulu Tengah menjadi pilihan.
PR IPM MAM AL-Mubaarak |
Sebelum
hari H panitia pelaksana sudah mensurvey lokasi Rihlah, yang belakangan
diketahui tidak begitu tuntas karena survey lokasi tidak sampai ke Air Terjun.
Peserta rihlah berjumlah 160 orang termasuk didalamnya Pimpinan Daerah
Muhammadiyah dan Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah yang melihat semangat para kader
muda Muhammadiyah mereka turut serta dalam ekspedisi kali ini.
Pelepasan Rihlah Dakwah Oleh Wagub
Bengkulu.
Pada
waktu yang berdekatan ada setidaknya tiga rihlah dakwah keluarga Muhammadiyah
yang diselenggarakan yaitu Rihlah Dakwah AMM di Datar Lebar Benteng, rihlah
dakwah Universitas Muhammadiyah Bengkulu di Kabupaten Mukomuko dan Rihlah
Dakwah Pimpinan Ranting Ikatan Pelajar Muhammadiyah Madrasah Aliyah
Muhammadiyah Kreatif AL-Mubaarak disalah satu objek wisata yang tengah naik
daun, Wahana Surya.
Sesuai
dengan instruksi dari panitia aku dan sahabatku pergi dari pondok tempat kami
berdomisili pada pukul 05.30 karena jadwal berkumpul pukul 06.00 dan akan
dilepas oleh Wakil Gubernur Bengkulu Dr. Rohidin Mersyah. Jam karet Indonesia
seperti sudah menjadi kutukan yang tidak bisa ditolak. Pada pukul 07.00 baru
dilepas oleh Wagub. Dalam kata sambutanya
beliau berkapasitas sebagai Ketua Majelis Pendidikan Kader Pimpinan
Wilayah Muhammadiyah Bengkulu berpesan bahwa rihlah dakwah ini harus ada
setidaknya tiga unsure yang harus didapatkan.
Wagub Bengkulu Melepas Rihlah Dakwah AMM |
Yang
pertama adalah sesuai namanya rihlah dakwah maka harus ada unsure dakwah.
Jangan sampai menciderai nama besar Muhammadiyah, dalam artian kita harus
tunjukan bahwa Muhammadiyah itu organisasi yang bisa menjadi suri tauladan.
Misalnya sholat tepat waktu dan tidak membuang sampah sembarangan serta karena
lokasi kegiatan jauh, harus konvoi memakai motor maka jangan sampai megganggu
pengguna jalan yang lain.
Yang
kedua harus ada unsure sosialnya, teman menjadi bertambah melalui rihlah dakwah
ini. Dan yang ketiga religiusitas.
Air Terjun Datar Lebar.
Namanya
memang sering terdengar karena air terjun ini memang sering digunakan untuk
kamping oleh anak-anak pramuka dan pencinta alam. Jalan tempuh ke lokasi kurang
lebih memakan waktu selama satu jam lebih sedikit dengan menggunakan kaki.
Kendaraan kami dititip dirumah warga setempat.
Sebelumnya
kami diterima oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah Taba Penanjung, setelah beramah
tamah kami menuju desa Datar Lebar dan transit di salah satu masjid untuk
pelaksanaan tausiyah dalam rangka isra’ mi’raj Nabi Muhammad SAW. Dalam
kesempatan ini Ayahanda Pimpinan Daerah Muhammadiyah kota Bengkulu Zul Effendi
yang mengisi tausiyah. Panitia pelaksana juga telah menyiapkan untuk bakti
social berupa bantuan untuk masjid Datar Lebar.
Bismillah,
mulailah ekspedisi kami dengan berjalan kaki menuju lokasi air terjun yang
diimpikan oleh kami semua selama sebulan belakangan ini. Sepuluh menit lima
belas menit wajah-wajah para peserta masih sumringah dengan kebahagiaan dan
keceriaan dalam mengukir sejarah dalam hidup mereka untuk dikenang sepanjang
zaman.
Dua puluh menit , semakin terasa bahwa
jalan setapak ini selain berbatu juga tanah liat yang licin jika diguyur hujan,
beruntungnya hari itu langit tampak cerah dan tidak ada tanda-tanda untuk
hujan. Dua puluh lima menit, medan semakin berat karena harus mendaki bukit.
Dua ayahanda kami Zul Effendi dan Alpandi harus menyerah terlebih dahulu dengan
alasan kesehatan. Kami memaklumi , tidak mungkin harus memaksakan bisa sampai
kelokasi jika kondisi kesehatan menjadi terganggu.
Tiga
puluh menit, ternyata medan semakin berat pemirsa, banyak peserta dibelakangku
yang mengeluh. Untuk tidak merasakan hal-hal yang menyakitkan(kaki semakin
sakit, kepala semakin pusing) maka aku harus focus dengan jalan yang terjal
ini. Aku sendiri sudah terpisah dari rombongan (marfuah, Marya, Susilowati)
hanya tinggal berdua dengan Mbak Meri Setiana yang dua puluh menit terakhir
sudah lebih lima kami menanyakan “ masih jauh peh?”, jawabanku “ bentar lagi
mbak”. Padahal kami sama-sama tidak mengetahui medan, jawaban itu hanya sekedar
menyenangkan hati mbk kami.
Mbak Meri kami |
Badan
sudah basah kuyup oleh peluh hanya karena berjalan kaki, hal yang sangat jarang
terjadi. Bayangkan saja aku, orang yang tak berdaging dan tak berlemak saja
bisa basah kuyup oleh peluh. Olahraga berat sekalipun belum pernah sebasah ini.
Sudah jelas jalan yang kami lalui ini seperti sebuah ujian kehidupan yang
terkadang melegakan dan terkadang menyesakan, bernafaspun tak bisa lagi
memalalui hidung.
Sahabat
kami Miss Reni mengalami celaka dua belas karena sandal yang digunakan putus.
Maka dia harus rela berjalan tanpa alas kaki diatas bebatuan yang tajam entah
berapa lama lagi. Tas dipundak kami terasa sangat berat, seberat penyesalan
dihati telah mengikuti ekspedisi ini. Mungkin aku dan mbak meri juga miss reni
menjadi rombongan yang terakhir.
Nanti
setelah aku bertemu dengan Rahmat, salah seorang panitia penyelenggara maka aku
akan protes dan mengutuk dia habis-habisan. Mengapa tega sekali dia membawa
jalan sesat dan menyakitkan ini. Entah
sudah berapa lama kami mendaki berjalan kaki dengan kepala pusing, kaki nyilu
dan hati dongkol hingga pada akhirnya kami benar-benar sudah sampai dilokasi.
Mataku
takjub, hatiku yang dongkol perlahan mencair, didepanku terbentang Air Terjun
yang tinggi nan elok sekali. Meski dengan raut muka apa adany aku mencoba
merapat dengan yang lain dan lagi mengeluarkan kamera untuk mencari objek yang
bagus, tidak ada. Tempat ini dipenuhi oleh kami yang berjumlah 160 orang. Maka, setelah menjepret-jepret objek wisata
ini kami langsung menikmati santap siang. Hari itu ternyata telah pukul 12.30
wib waktunya sholat dzuhur untuk wilayah Bengkulu dan sekitarnya. Bagaimana
pula menghadap Allah dengan kondisi pakaian seperti ini.
Air Terjun datar lebar insert Model : Iin, Enci' dan Marya |
Maka
jangan salah paham dulu kawan kalau kami ini adalah segolongan orang yang
melalaikan sholat, tidak sama sekali!. Dengan kondisi seperti ini maka sholat
kami di jamak.
Belum
selesai makan, tiba-tiba panitia sudah berkoar-koar memberikan instruksi kepada
kami untuk segera meninggalkan lokasi air terjun dan menyelamatkan diri
masing-masing. Kami menurut saja, dan lagi baju kami basah kuyup. Rasanya
menyesal mengapa tidak mandi sekalian di air terjun tadi. Semakin berjalan
turun kebawah harus semakin hati-hati, dengan hati-hati baju-baju semakin
basah, eh ternyata kami kehujanan.
Benar,
hari itu hujan deras yang memaksa kami harus turun. Mbak kami Meri Setiana
sudah terjatuh dua sampai tiga kali.
Hal yang didapat dari perjalanan ini
adalah pengalaman yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Lumayan ada cerita
untuk anak cucu. Meski capek dan sakit wajah-wajah kami tetap sumringah,
bahagia tiada tara, seru sekali.
Setelah sampai didesa aku menyempatkan
untuk ngobrol dengan istri pak imam yang halaman rumahnya menjadi tempat parker
kami. Ibu Yauna namanya, menurutnya
memang Air Terjun yang terbilang sangat ekstrem ini banyak sekali menarik
pengunjung untuk berkamping terutama mahasiswa pecinta alam, dan anak pramuka. Medan
yang berat menjadi daya tarik untuk menguji kemampuan diri, seberapa kokohkah
diri kita. Selain itu, ternyata air terjun itu sebagai sumber PDAM Kecamatan
taba Penanjung. “ sebentar lagi jalan itu akan diperbaiki oleh PDAM”.
Di balik bukit itu bersemayam air
terjun yang sangat indah dan potensial hanya pengelolaanya yang masih kurang.