NOL BESAR

Tidak seperti pagi-pagi yang lain di bulan februari. Pagi ini tergolong berselimut mendung meski tak turun hujan. Pagi kelabu mengiringi langkah kaki menuju tempat rutinitasku setiap hari. Nyaris sudah dua hari aku tidak beranjak dari tempat tidur. Daya imun sedang menurun maka diberikanya waktu untuk sejenak istirahat dan merefresh otak. 


Setiap raga dalam balutan sistem imun yang menurun secara tidak sadar emosional mempengaruhi. Ditambah dengan beberapa aktifitas yang tertunda dan tidak mencapai sesuai dengan target. Sempurna hatiku dalam balutan rasa pilu yang pahit bagai empedu. terkadang aku merenungi diri. Memang menulis disetiap emosi dalam keadaan memuncak bagiku akan menghasilkan tulisan yang lumayan banyak meski no kualitas. Aku adalah gambaran manusia dengan ciri-ciri yang tidak bisa me-menejerial hidup.

Didalam diriku sendiri, aku sangat sering dikalahkan oleh kemalasan yang datang bertubi-tubi, sehingga apa yang menjadi tujuan utama hidup sulit untuk tercapai. Bagaimana peningkatan kualitas hidup akan bertambah jika hal itu justru datang dari dalam diri kita. 

Sebagai perempuan, dalam keadaan terpuruk hanya akan ada sakit dan air mata. Seperti posisiku sekarang ini, sakit adalah pakaianku dan air mata adalah gambaran secara nyata tentang diriku. Tak berdaya melawan metamorfosa kehidupan dunia fana yang keras, dan terkadang aku men-jugde nya kejam. Betapa susahnya melawan aura negatif dalam diriku?.

Harapan-impian-keinginan-cita-cita yang ku tanamkan dalam diriku sejak lama terpecah belah berhamburan tak jelas ujung pangkalnya. APakah masih ada harapan untuku?.

Seperti yang pernah disampaikan oleh seniorku dulu, keinginan dan potensi diri haruslah sinergi jika ingin menghasilkan hal yang besar. Jika tidak maka akan seperti mimpi belaka? Dalam hatiku tidak sepenuhnya percaya karena apa-apa yang kita tekuni pasti akan menghasilkan sesuatu yang kita inginkan.

Sebagai seorang yang menyebut dirinya seorang penulis sepertiku ini tidak ada hal yang sangat menyakitkan kecuali di tolak. Yah benar ditolak oleh penerbit. Sepertinya aku ini tipe orang yang mudah berputus asa dan tak ingin memperbaiki diri?. Tidak semua benar!. Memang jika membaca pengalaman dari orang apa yang mereka lakukan tidak hanya berhasil dilakukan sekali dua kali namun, berkali-kali. Sedang aku hanya gagal sekali kemudian menyerah berkali-kali. 

Tidak ada yang bersinar dalam hidupku, meski sudah bertahun-tahun mensinergikan antara doa dan ikhtiar hasilnya tetap sama. Nol besar.

Hari ini adalah mewakili kegalauanku karena sudah tiga kali ditolak penerbit. Hahaaa... memang hampir setengah gila. Harus di seperti apakan lagi naskahku?. Aku sudah berusaha keras. Apakah harus berhenti menulis?. Seperti lima tahun yang lalu ketika pertama kali di tolak penerbit?

Itu hanya satu hal tentang menulis, disisi lain ada organisasi perempuan yang aku tangani karena sebuah event ini aku menjadi ketua pelaksananya. Entah atas dorongan apa aku mengiyakan saja waktu pemilihan ketua pelaksana. Padahal pemirsa aku bukan seorang pemimpin yang baik,. sifat ku masih kekanak-kanakan, selalu ingin merajuk setiap hal yang tidak bisa ku penuhi terjadi. Hari ini perasaanku seperti itu. Hal yang sangat wajar dan kurang ajar menurutku.

LihatTutupKomentar