By: Anton Wahyudin
Do’a Ibundaku, Bapakku, Saudara-saudaraku,
Guru-Guruku dan Teman-temanku ternyata benar-benar didengar oleh Allah, Alhamdulillah
tepat tiga minggu setelahnya Allah mengganti motorku yang hilang…..!!!
Pagi itu matahari seakan malu untuk keluar dari
peraduannya, dedaunan yang awalnya basah mulai mengering dari embun malamnya,
begitu juga suara binatang melata yang menghilang entah kemana, perlahan berganti
dengan nyanyian burung-burung cantik sambil menari indah dari satu ranting ke
ranting lainya adalah gambaran dari satu sisi keindahan Desaku, desa
Plososetro. Sebuah desa yang secara geografis terletak dibagian barat Kabupaten
Lamongan. Sebuah desa dimana aku pertama kali melihat Dunia, merasakan hawa
sejuk alam semesta.
Ketika puluhan juta orang tak merasa bersalah sedikitpun
disaat waktunya berjalan begitu saja dan baru akan merasa bersalah bahkan
berdosa ketika sedang kehilangan harta atau diputus cinta oleh sang pujangga, maka
Aku pagi itu begitu asyik dipojok teras rumah dengan layar monitor miniku,
sekedar ingin memaknai setiap detik kesempatan yang diberikan Allah Swt
kepadaku, “Dan demi waktu, sesungguhnya orang-orang dalam keadaan merugi,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling
menasehati untuk kebenaran dan kesabaran” (QS Al-Ashr: 1-3)
Baru 20 menit bermain bersama layar miniku, ponsel
disampingku bergetar menandakan ada panggilan masuk, sebentar Aku lirik
ternyata satu panggilan dari nomor baru. Sengaja sering kali aku tidak menerima
setiap panggilan dari nomor tak dikenal, tapi entah saat itu seakan ada
dorongan halus merasuk yang seperti menyuruh agar aku menerimannya, setelah
panggilan petama tidak terjawab nomor tersebut mencoba menelfon kembali, maka
segera aku gapai dan terdengar suara dari sebrang sana.
“Assalamu’alaikum Wr. Wb. dengan mas Anton yah?..”.
“Wa’alaikumussalam Wr. Wb. iya maaf ini
dengan siapa?.”,
“saya Nina mas dari Pimpinan Cabang Ikatan
Pelajar Muhammadiyah Sidoarjo Kota, gini mas kita mau ngadain Pelatihan Taruna
Melati 1, nah rencanaya mau minta tolong mas untuk ngisi salah satu materi, gimana
mas?.”
“ow iya, tolong nanti dikirim aja surat dan
proposalnya ke email PW IPM Jatim dulu yah, emailnya jatim@ipm.or.id, ow iya nanti tolong
konfirmasi kalo surat sudah dkirim biar saya bisa cek”.
“iya mas, ya sudah klo gitu, syukron”.
“Afwan”.
“Assalamu’alaikum Wr. Wb”
“Wa’alaikumussalam Wr. Wb”.
Aku kembali fokus dengan laptop miniku meski si
Amirul, keponakanku yang baru berusia 3 tahun sesekali memanggil ingin mengajak
bermain, tapi aku masih asyik menerobos jauh sejauh kemampuan otak kananku..…..!!
**************
Aku pelajari surat dan proposalnya, dari manual
acara yang terlampir aku diamanahi untuk mengisi materi “Administrasi IPM”. Hari
Sabtu pukul 19.30-21.00 WIB tanggal 17 Desember 2011 bertempat di SMA
Muhammadiyah 2 Sidoarjo. Selain itu ada materi “Ke-IPM-an” yang juga di
amanahkan kepada Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa Timur. Segera aku kontak ketua Umum, karena beliau
berhalangan akhirnya disposisi ke Ketua Bidang Organisasi PW IPM Jawa Timur.
Sabtu ba’da dzuhur cuaca di Lamongan begitu cerah
secerah gagahnya sang matahari dalam menerangi bumi sekalian isinya, sungguh
mengingatkanku pada sinar logo Muhammadiyah. Logo dengan semangat membara untuk
berdakwah menegakkan panji-panji keIslaman.
Siang itu Aku mulai perjalananku menuju lokasi
Taruna Melati 1 dengan satu-satunya inventaris transportasiku yang seringkali
menemani disetiap petualanganku, motor Supra 125 TR rakitan tahun 2009. Perjalanan
Lamongan sampai gresik berjalan dengan lancar. Baru kemudian setelah masuk
kabupaten Gresik angin berhembus dengan
kencangnya, hujan pun begitu deras menyapu setiap sudut jalanan kota, sebagian
pengguna jalan tetap nekat melanjutkan perlananan meski mereka harus basah
kuyup, ada yang terus melanjutkan dengan mengenakan mantel layaknya aku, juga
tidak sedikit yang memilih berteduh diteras-teras pertokoan sepanjang jalan masuk
ke kota Surabaya.
Sambil menahan hawa dingin terselip do’a dan
keyakinan bahwa Aku akan sampai dengan selamat. Pukul 16.00 Wib Aku belum juga
bisa keluar dari kota Surabaya, maka Aku putuskan untuk berhenti di salah satu
masjid untuk ruku’ dan bersujud kepada-Nya. Wajahku terasa segar setelah
tersapu dengan air wudhu.
“Trimakasih
ya Rabb… “
“kali ini
Engkau jadikan angin kencang dan hujan lebat sebagai teman Sholat Asharku”.
“La haula
walaa quwwata Illa Billlah”.
Akhirnya aku
sampai di lokasi Taruna Melati I, SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo.
“Engkau tunjukkan kepadaku Cahaya-cahaya
kecil yang kelak insyaAllah akan menjadi pejuang-pejuang dijalan-Mu”.
Syukurku dalam batin ketika aku melihat semangat membara adik-adik peserta
Kegiatan…..!
Sang fajar perlahan keluar dari peraduanya
menunjukkan jika waktu shubuh telah tiba, Masjid-masjid seakan tak mau kalah
untuk berlomba mengundang para jamaahnya, maka dengan penuh keyakinan Aku melangkahkan
kaki untuk memenuhi undangan itu. sungguh Aku terhanyut dalam indahnya irama Hijaz
dari lantunan QS. Ar-Rahman yang dibaca oleh sang Imam, sungguh menandakan
bahwa beliau pasti mempunyai ilmu keagamaan yang sangat luar biasa. Sedang aku,
masih sangat banyak kekurangan, sangat sering melakukan kesalahan, maka tak
sadar air bening pun keluar membasahi….
“Allahummaghfilii waliwa lidayya warhamhuma kamaa
Robbayani shaghiraa”.
Ba’da shubuh Aku bersiap melanjutkan safarku,
pagi ini juga Aku harus menuju Yogyakarta. Ada beberapa tugas yang harus aku
selesaikan disana, termasuk mengurus pembuatan Kartu Tanda Anggota IPMawan-IPMawati
Kabupaten Pasuruan. Segera Aku berpamitan dengan adik-adik panitia dan
peserta TM, sesampainya d Terminal Bungurasih-Surabaya Aku menitipkan motorku
kemudian berjalan menyusuri trotoar menuju antrian puluhan bis yang akan
mengantar ratusan penumpang dengan berbagai jurusan yang berbeda.
“Biuuuyyyhhh, lelahnya…..” .
Gumamku dalam hati karena lamanya perjalanan ini.
Bayangkan,
Pukul 06.00 Wib berangkat dari Surabaya, dan sekarang pukul 13.00 Wib baru
sampai di terminal Tirtonadi, Solo. Panasnya cuaca semakin menambah rasa capek
dan letih, tapi disi lain aku tetap mencoba untuk bersyukur karena dengan
beginilah aku bisa merasakan bahwa perjalanan hidup setiap orang sangatlah
berbeda.
“Trimaksih ya Allah, Engkau
sudah mengajari aku melalui berbagai pengalaman ini”.
“Mas,,,,, Kosong yah?.”
Penumpang yang baru naik bis menyadarkan lamunanku sambil menunjuk kursi kosong
disebelah kananku.
“ow iya mas, silahkan”
Jawabku dengan sebisa mungkin menutupi rasa kagetku.
************
Dua hari sudah Aku di Yogyakarta maka aku harus
segera balik ke kampung halaman. Selasa pukul 22.00 WIB perlahan aku mulai meninggalkan
kota yang penuh dengan Sejarah ini dengan Bus Eka jurusan Yogyakarta-Surabaya. Rasa
lelah menjadikanku terlelap dalam iringan cahaya lampu jalanan yang seakan
berlarian cepat menjauh kebelakang.
Aku melihat pergelangan tangan kananku, waktu
sudah menunjukkan pukul 05.20 WIB, ternyata aku sudah sampai surabaya. Teringat aku belum menunaikan sholat Shubuh.
Di masjid ramai orang tapi satu pun aku mengenal, aku segera ambil air wudhu
dan menunaikan kewajiban yang sudah menjadi kebutuhan ruhaniku. Aku takbir, Aku
ruku’, Aku bersujud dan Aku berdo’a.
“Semoga Engkau selalu memberikan kekuatan pada langkahku untuk
menjalankan setiap titah-Mu”.
Seusai sholat aku bergegas mengambil motorku yang
sudah 3 hari aku tak menjumpainya, aku harus bisa sampai di rumah sebelum pukul
07.00 Wib, jika tidak begitu, maka adik-adik disana pasti akan menunggu sembari
terus melihat ke arah pintu kelasnya.
“Mas ambil motor”, sapaku kepada penjaga
parkir sembari menunjukkan selembar karcis bukti bahwa aku menitipkan motor
ditempatnya.
“Tunggu sebentar mas”. Jawab penjaga
parkir.
“ Mas kok gak ada yah motornya” sapaan
penjaga setelah merasa tidak ada motor dengan nomor polisi yang cocok dengan
nomor yang tertulis di lembar karcis dariku.
“Gak ada gimana maksudnya mas?”
tanyaku meyakinkan.
“Iya mas, kok gak ada disni
motornya” jawabnya dengan sedikit lebih yakin.
Mendengar jawaban itu maka aku mencoba ikut mencari motorku
kesudut-sudut ruang parkir, semua motor gak ada yang aku kenal. Maka sambil berusaha
setenang mungkin, aku kembali bertanya.
“Trus gimana ini mas?.”
“Bos saya sekarang lagi keluar
kota, tolong STNK dan Karcis aslinya
ditinggal disini biar nanti saya dan bos saya yang akan lapor ke polisi”.
“Waduh maaf mas gak bisa, gini
aja saya sekarang minta nomor ponsel bos anda bisa!?.”
“Iya mas saya kasih, tapi karcis
dan STNKnya harus ditinggal disini”.
Suara penjaga semakin keras seakan memecah hembusan angin pagi.
Aku tak mau ambil resiko, jika karcis dan STNK
Aku kasihkan kemudian terjadi apa-apa dengan karcis dan STNKku maka aku tidak
punya barang bukti untuk mengurus masalah ini. Segera aku mengambil ponselku
dan mencari nomor atas nama PW Ari Kurniawan.
“Assalamualaikum Wr. Wb.”
“Wa’alaikumussalam Wr. Wb.”
“Kamu dimana Ar, saya lg kena
musibah nih..”
“Innalillahiwainna ilaihi
rajiun, musibah apa ton?.”
“Motorku hilang diparkiran
Bungurasih.”
“Waduh, yaudah saya segera
kesana sekarang”
“Saya tunggu yah, makasih.
Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikumussalam Wr. Wb.”
Setelah itu aku cari nomor kontak dengan nama Amirul
Mukminin, nomor kontak ini adalah nomor kakak perempuan saya yang sudah
berkeluarga di Tuban. Aku beritahu dan aku minta agar tidak ke Ibu dirumah,
karena aku yakin jika ibu tau pasti dia akan panik dan justru itu akan tidak baik. Maka aku putuskan
untuk hanya menghubungi orang-orang yang saya anggap aman untuk dhubungi
terlebih dulu, mbak Ekva Nuriyati, Kak Jasmono, Kak Budi Ismail, dek Tunik
Rujuluna dan teman seperjuangan Achmad Rosyidi adalah termasuk mereka yang
pertama aku kabari.
************
Aku masih di area parkiran. Aku menyaksikan
ratusan orang disibukkan dengan aktifitasnya masing-masing, begitu juga Bis yang
tak pernah berhenti berkejaran meninggalkan terminal. Digerbang keluar bis tak
pernah Aku jumpai sepi dari para pedagang asongan, tukang ojek maupun angkot
yang sekedar mangkal sebentar untuk mencari tambahan penumpang dan yang paling
membuat aku miris adalalah anak-anak belia itu, anak-anak yang semestinya jam
segini tertawa riang mengenakan seragam putih dengan tas dipunggungnya, tetapi
mereka harus berjuang keras melawan ganasnya zaman, mereka harus mengamen dari
bis satu ke bis yang lainnya. Aku seringkali heran dengan Negeriku sendiri, Indonesia
yang katanya kaya tapi tetaplah menyisahkan banyak luka, yang katanya sekolah
gratis tapi jutaan anak-anak putus sekolah, yang katanya perekonomian meningkat
tapi berita kurang gizi masih sering menghiasi layar televisi.
Hyyymmmmmm. Aku menarik nafas panjang dan
mencoba untuk bisa tetap tenang, mungkin setenang angin pagi yang bertiup. Aku
menunggu kawanku datang, datang untuk setidaknya membantu meringankan bebanku
disini.
Ari Kurniawan pun datang. setelah aku bercerita
seperlunya, aku ajak dia mencari tempat foto copy untuk mengcopy semua berkas
dalam dompet yang sekiranya perlu menurutku. Setelah itu aku kembali ke tempat
parkiran untuk menemui petugas jaga parkir
“Mas, ini sudah aku foto copy. Sekarang saya
minta nomor kontak bos Parkir anda.” Kataku sambil mengasihkan berkas yang
sudah saya foto copy.
“Wah gak bisa itu mas, harus yang asli. Mas
harus percaya sama saya!!???” lagi-lagi perkataan itu muncul dengan suara dan
nada yang keras.
“Maaf mas, bukan saya gak
percaya, tapi untuk antisipasi esok hari. Saya gak bisa serahkan yang asli”.
“Udah ton mau atau tidak kasihkan saja foto copyan itu, kita tinggal
saja. Bilang besok kita aka kesini lagi”
Ari yang dari tadi diam mencoba memberikan solusi.
“Ya sudah mas, tolong ini nanti
dikasihkan ke bos parker anda dan bilang kalau besok saya kesini lagi ingin
bertemu dengan beliau” ucapan terakhirku sebelum aku meninggalkan tempat
parkir.
Dengan berbagai pertimbangan maka aku memutuskan
untuk melapor ke polisi dulu. Sebelum berangkat menuju Polsek Waru - Sidoarjo
aku sempatkan telfon lagi IPMawan Rosyidi untuk membantuku melapor ke
kepolisian. Ari tidak bisa menemaniku ke Polsek karena masih ada kerjaan yang
harus dia selesaikan.
“OK trimakasih Ar, hati-hati…..”
“Yoi, semoga lancar.
Assalamualakum”.
“Waalaikumsalam”.
Tak menunggu lama, aku dan Rosyidi pun segera meluncur ke Polsek Waru.
*************
“Alhamdulillah…”
Sykurku karena masalahku sudah
masuk berita acara kepolisian. Setidaknya aparat keamanan sudah mengetahui
kasus ini. Pak wardi, polisi yang menangani kasusku saat itu bilang.
“kemrin belum lama ini juga ada
kehilangan motor mas di area parkir situ mas,”
“Trus gimana itu pak
kelanjutannya?.” Tanyaku penasaran.
“Alhamdulillah pihak korban mendapat
ganti penuh, jadi semoga nanti anda juga demikian”. Jawaban beliau sedikit
menghiburku dan mendoaka semoga aku bernasib sama dengan korban yang
deceritakan..
“Ow iya bapak amin, trimaksih”.
Setelah dirasa cukup maka Aku segera meninggalkan
Polsek. Rosyidi mengajakku untuk mampir kerumahnya, paling tidak sekedar untuk
istirahat sejenak, sedang aku yang dibonceng mengangguk tanda setuju. Sesampai
dirumah rosyidi ponselku berbunyi menandakan ada panggilan masuk, ternyata
benar. “Nomor Rumah” memanggil.
“Assalamu’alaikum…. “ Aku sangat
mengenal suara ini, ini suara ibu. Maka dengan selembut mungkin aku menjawab.
“Waalaikumussalam. Injeh buk,”
“Cung, Nok endi saiki?. Piye sidoe urusane?”. Aku faham,
ibu saat itu telfon sambil menangis sedih karena aku. Tak sadar ternyata aku
pun ikut meneteskan air bening dari mataku. Bukan karena kehilangan motor yang
bikin aku meneteskan air mata ini melainkan tangisan ibulah yang membuatku terhanyut
dalam kesedihan begitu mendalam.
“Alhamdlillah buk, Kulo sakniki ten daleme mas Rosyidi. Sampun kulo
urus ten Polisi , ibu pun usah sedih nggeh….”
Setelah merasa benar-benar bisa meyakinkan kepada Ibu bahwa semua akan
baik-baik saja, akupun menutup telfonku.
“Sesibuk dan sesusah apapun,
jangalan engkau sekali-kali berani melupakan sholat nak!”. Pesan Ibu
sebelum menutup telfon. Pesan inilah yang seringkali aku dengar dari mulut
beliau semenjak aku masih kecil.
Maka segera aku menuju ruang sholat.
“Rabbi,,,, Jika
ini adalah cobaan dari_Mu, maka aku ikhlas menerimaya. Kuatkan hambamu ini
dalam do’a dan pengharapan.. karena
Engkaulah yang maha menguatkan hati para hamba-hambaMu, berilah ketenangan batin
padaku dan keluargaku, karena Engkaulah yang maha memberi ketenangan pada
setiap hati para hambaMu. Tapi jika ini adalah peringatan dari_Mu, maka sungguh
aku mohon ampun atas segalah khilafku”. Tanpa sadar kembali air mata ini menetes
deras, membasahi sisi panjang sajadah ini….
“Robbana Atina Fiddunya Hasanah, Wafil Akhirati
Hasanah, Waqina Adza Bannar”.
***************
Aku lelah tapi inilah kenyataan, aku sedih tapi
inilah kehidupan, sepanjang perjalanan menuju kampung halaman hanya satu yang
ada dalam fikiran, ingin segera sampai rumah. Menjelaskan semua kejadian yang
sebenarnya agar ibu dan orang-orang rumah bisa tenang. Ibu tidak lagi menangis
seperti ketika telfon aku beberapa saat yang lalu…
“Assalamualaikum Wr. Wb.”
Salamku ketika hendak masuk ke dalam rumah.
“Waalaikumussalam, Wr. Wb.” keluargaku
menjawab dengan serentak.
Melihat aku datang Ibu langsung memelukku dengan pelukan hangatnya
sambil berkata.
“Cung kok iso sampek ilang iku
piye?....”
“Niki sedoyo pun dados rencanaipun Allah buk, insyaAllah akan ada
nilai mulia dibalik ini semua.” desasku pelan mencoba kembali menghibur
sambil membalas pelukan ibu,
Aku tersadar ternyata banyak orang di rumah,
saudara yang di Tuban pulang, tetangga pada jenguk kerumah. Aku ceritakan
keadaan sebenarnya mulai dari aku berangkat ke Sidoarjo sampai aku kehilangan
motor. Semua yang mendengarkan seakan ikut merasakan kesedihan. Sebuah
kehangatan hidup bermasyarakat dipedesaan begitu terasa, ketika ada satu orang
yang sedang mengalami musibah maka semua seakan ikut merasakan. Subhanallah……….!
Allahuakbar.!
Anton Wahyudin |
“Sungguh Allah senantiasa mengetahui apa yang hakekatknya kita
butuhkan, bukan sekedar apa yang kita inginkan”. Jika Allah sudah berjanji, maka tak akan
ada ingkar setelahnya….!!!!
Thanks for All……!!!!!!