Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemui orang yang hanya menunjukkan kebaikan saat ada yang memperhatikan. Baik itu di tempat kerja, di lingkungan sosial, atau bahkan dalam ibadah. Namun, menjadi baik hanya saat dilihat bukanlah tanda keikhlasan dan bukan cerminan hati yang bersih.
Rasulullah ﷺ mengajarkan kepada kita untuk selalu menjaga keikhlasan dalam setiap amal dan perbuatan. Kebaikan yang tulus bukan sekadar tampilan di depan manusia, tapi semata-mata karena mengharap ridha Allah. Ketika tidak ada yang melihat, ketika sendiri, saat itulah kebaikan sejati diuji dan terjaga.
Menjadi baik hanya saat dilihat bisa menjerumuskan kita pada sifat riya’ dan ujub, yang justru mengurangi nilai pahala dan merusak hubungan kita dengan Sang Pencipta. Sebaliknya, mereka yang berbuat baik tanpa berharap pujian manusia, justru mendapatkan keberkahan yang besar dari Allah dan ketenangan hati yang hakiki.
Kebaikan yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi, bahkan terkadang hanya diketahui oleh Allah saja, memiliki nilai yang sangat tinggi. Allah mencintai hamba-Nya yang ikhlas, yang tidak perlu menampilkan amalnya untuk mendapat pujian, tapi hanya berharap pahala dari-Nya.
Mari kita jadikan prinsip hidup untuk selalu berbuat baik dengan ikhlas, tidak tergantung siapa yang melihat atau tidak. Karena pada akhirnya, hanya Allah yang Maha Mengetahui setiap niat dan amalan kita. Dengan begitu, kita tidak hanya menjadi baik di mata manusia, tapi juga di hadapan Allah, yang akan menentukan akhir perjalanan hidup kita.

