Keluarga Jenaka

Keluarga jenaka- Begitu aku menamai keluargaku. Alangkah lucunya keluargaku. Keluarga yang terdiri dari 5 orang anggota, 2 laki-laki 3 perempuan yakni Bapak, Mamak, Aku Ipeh, Adik laki-lakiku Liyas dan si Bungsu Dini.

Didalam keluargaku, mungkin aku termasuk orang yang sangat pendiam, entah apa yang menyebabkan aku menjadi demikian (pura-pura lugu). 

Jika sudah berkumpul, aku adalah target untuk dikocok perutnya oleh ulah Dini dan duet dengan Bapak atau Mamak. Liyas biasanya sebagai penonton yang aktif dan suka bikin provokator, sedang aku sebagai penonton yang pasif, hanya bisa menahan sakit perut akibat menahan tawa.

Mungkin dini memiliki gen Bapak dan Mamak yang jenaka. Tanpa persiapan apapun mereka akan meniru gaya semua kerabat kami yang aibnya cepat untuk dibully habis-habisan. 

Bapak, sosok Arjuna dirumah kami pasti tetap tidak kehilangan kewibawaanya meski senang berjoget ria dengan Dini. Bapak yang sering sok paling serba tahu tentang hal apapun, meski salah kaprah kami tak berani mencela, takut wibawanya jatuh. Bapak sebagai kepala keluarga paling sering memberikan tausiyah dimanapun kapanpun terutama ba'da sholat magrib berjamaah.





Mamak memiliki suara sopran, suara tertinggi pada perempuan. Bau badanya, cara berjalanya, suaranya meski masih puluhan meter kami sudah mengenalnya luar dalam. Perempuan yang tak pernah tahu tahun dan tanggal lahirnya ini memiliki perawakan pendek untuk ukuran perempuan Jawa, kulit tidak bisa dibilang hitam sih , kecokelatan atau sawo matang dan tidak cantik secara fisik. Tapi keramahanya membuat semua orang senang berkawan denganya dan sunyumnya bisa melelehkan kutub utara. Seperti ibu-ibu lainya hobinya adalah mencela pemerintah dan tetangga yang menurutnya kurang baik akhlaknya. Mamak sudah menganggap keluarganya paling baik, setidaknya positif thingking pada keluarga sendiri, maaf bukan ujub.


akanggil saja Ipeh supaya lebih akrab, dikeluarga dipanggil Ripah. Aku lahir prematur, dan sedikit kurang pada mata pelajaran apapun yang menyangkut angka-angka. Kelebihanku menurut aku sendiri adalah bisa bekerja dengan tim, maka sangat cocok sekali bagiku untuk berorganisasi. Aku pernah memaksakan diri untuk berkarir didunia tarik suara yakni membentuk tim nasyid. Meski suaraku cempreng dan fals tidak karuan, bersyukur suara temen-temen yang lain bisa menutupinya meski mereka sangat prihatin dengan motivasiku yang ingin menjadi penyanyi.


adik laki-laki-ku bernama Eliyas Sobirin, panggil saja Liyas. Anak yang terbelakng mentalnya ini sudah berhenti sekolah sejak tamat SD. Hidup baginya adalah untuk dinikmati, angka-angka merah dalam rapotnya bukan hal yang berarti untuk diratapi. kelebihanya dia penurut dan penyayang, yah penyayang terhadap segala jenis binatang. Hingga dia memiliki banyak sekali koleksi binatang, gubuk kami nyaris seperti kebun binatang.


Ad Bungsu, Ayu Andini. Anak yang paling susah diatur dan hyperaktif ini sejak kecil tidak menyukai rok, tapi lebih suka bola. Gayanya memang sedikit tomboy. Dia sekarang sudah baligh namun belum ada kesadaran berTuhan. Maka kami sangat mengkhawatirkan jika dia mudah disesatkan setan. Solusi yang paling nyata saat ini adalah menempatkan dia dilingkungan yang religi.


My Family:

kami  sangat menyukai per-bola-an, Biasanya sambil ngomel Mamak akan bilang "Halah bola lagi bola lagi, ganti Din" sambil mencari tempat yang paling strategis. Semua menyukai bola, sampai aku terjangkit penyakit gila no 12 pada tahun 2007.

hari iniampai tulisan ini aku postkan, sebenarnya aku sedang sangat prustasi soal family dan hati.


doaku: Ya Allah kuatkan kesabaran hamba, kuatkan kesyukuran hamba, istiqomahkan hamba dijalanMu. i want to save my family















LihatTutupKomentar