Hasil Seminar "Parenting" PWA Bengkulu


Bengkulu, Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah Bengkulu bekerja sama dengan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (BP3A) Provinsi Bengkulu menyelenggarakan Seminar Nasional. Seminar ini adalah salah satu rangkaian acara dari Milad ‘Aisyiyah ke 102. Sangat menarik karena tema seminar ini mengangkat persoalan yang sedang in “ membangun generasi muda berakhlak mulia untuk mewujudkan Bengkulu berkemajuan” di GSG Pemprov Bengkulu, selasa 24 mei 2016 M.
Ketika tidak dapet foto dengan pemateri, ya begini jadi juga.

Dua orang narasumber seminar ini adalah Hj. Elly Risman, M.Psi seorang psikolog anak dan keluarga sekaligus Direktur Yayasan Kita dan Buah Hati, Jakarta. Beliau memaparkan materi tentang “ Mengenali dan mengatasi kecanduan anak pada Games, Internet dan Pornografi). Dan dr. Dewi Inong Irana, SpKK, FINSDV dokter spesialis kulit dan kelamin, Jakarta (Aspek Medis LGBT dan Perilaku Seks Bebas).

Sebelumnya ibunda kami sudah menceritakan panjang lebar soal seminar yang akan mereka selenggarakan ini, bahkan kami diminta untuk membantu dikepanitiaan. Entah karena sibuk soal apa yang menyebabkan hal ini tidak mendapat porsi. Mohon maaf untuk ibunda ‘Aisyiyah kami hanya bisa bantu sekedarnya saja and pada saat acara kami pasti akan hadir. Meski pada awalnya kami tidak terlalu tertarik dengan seminar parenting seperti ini. Hal ini bukan karena kami belum berkeluarga hingga menjadikan ini tidak penting, tidak.

Setelah opening ceremony yang dibuka oleh sekda Provinsi Pak Soemardi, seminarpun dimulai. Hipotesaku bergelantungan diotak, dalam seminar yang pernah saya ikuti pasti ya seperti itulah menjenuhkan dan boring, bahkan beberapa teman bisa sampai ngiler.com/alias bobok cantik karena seminarnya begitu membosankan.

            Allahu Akbar baru memasuki part I seminar dengan pemateri Bunda Elly Risman, kami dibuat tercengang, focus dan tak ada waktu untuk hanya sekedar bilang “HAI” dengan teman disebelah. Entah bagaimana saya harus mengatakan kepada orang ketiga yang tidak hadir pada acara seminar tersebut. Kesan pertama saya, Bu Elly yang sudah menjadi nenek-nenek ini sangat mempesona dan luar biasa, tegas.

Berikut uraian materinya dari Bunda Elly Risman
Pemateri I : Hj. Elly Risman , M.Psi
 (Director yayasan kita,buah hati Jakarta,pakar pisikologi anak dan keluarga ) .

Keluarga kita sedang dalam serangan.
Bencana kerusakan otak= kebejatan  seksual bukan hanya anak kita yang menjadi korban tetapi bisa menjadi pelaku.
Slow baru mulai kawan, tapi kami sudah dibuat sport jantung nih.
Sesi pertama
 Kesalahan bicara setiap hari
Orang tua tidak siap menjadi orang tua, kita sebagai orangtua tidak menguasai tahapan perkembangan anak dan tidak mengetahui bagaiman cara otak berkerja.
Kita sering
> bicara tergesa gesa
> tidak kenal diri sendiri
> lupa:setiap individu
> kebutuhan dan kemampuan berbeda 
> tidak membaca 6 bahasa tubuh
> tidak mendengar perasaan anak
> kurang mendengar aktif
 Nah sebagai seorang ibu"UMMI" saya langsung menjadi bersalah, karena dengan mudah sekali ngomong dengan tergesa-gesa yang menjadikan anak tambah males, bosan, de-el-el.
Next....
   Kekeliruan dalam komunukasi
Bicara gunakan 12 gaya populer
1.memerintah
2.menyalahkan
3.meremehkan
4.membandingkan
5.mencap/label
6.mengancam
7.menasehati
8.membohongi
9.menghibur
10.mengeritik
11.menyindir
12.menganalisis
Gaya ibu Elly dengan role Play nya , saya akui, saya sangat terkesan, karena itu "aku banget"
Next ya....
 Akibat bicara tak sengaja:
1.Melemahkan konsep diri
2.membuat anak diam,menentang, tidak perduli,sulit diajak kerja sama
3.berbagai emosi negative
4.tidak terbiasa berfikir,mengambil keputusan diri sendiri
5.iri terus
    Beberapa kali Bu Elly menyindir kasus Yuyun dan beliau juga sangat berharap gadis Bengkulu tidak hanya dipersiapkan untuk menjadi sarjana tetapi jadi juga ibu, karena jika tidak maka tunggulah kerusakan akhlak pada anak.
Sampai disini kami (aku dan marya) think hard. Otak kami dipacu untuk bekerja keras dan meletakan semua cita-cita sebagai wanita karir. Ups… belum selesai.
 
Tantangan mengasuh anak di era digital
Sasaran tembak bisnis pornografi
* Anak laki-laki
* Belum baligh dan 3 S (smart, Sensitive, no Spiritual)

Bencana paling besar?
Yang lebih mencengangkan adalah tempat anak melihat materi pornografi 54% dirumahnya sendiri, sisanya dirumah sepupunya, dirumah tetangganya, di warnet dll. Hal ini tentu saja tanpa pengawasan dari orangtua yang sedang sibuk bekerja. Melihat fenomena itu aku bergidik sendiri.
Yang mereka inginkan dari anak kita adalah by Mark B. Kastleman, CANDEO
1.      Anak dan remaja kita memiliki perpustakaan model porno yang bisa di akses kapan saja dan dimana saja.
2.      Kerusakan otak permanen, visual crack cocain /erototoksin – incest
3.      Sasaran tembak utama : anak kita yang baligh 33-36 kali ejakulasi – pecandu pornografi seumur hidup- pelanggan seumur hidup.

Ketegangan kami tidak hanya sampai disini. Betapa mengerikanya, dan bahkan sampai disini  kita masih menganggap anak-anak kita baik-baik saja?.

Ciri-ciri anak yang telah KECANDUAN PORNOGRAFI :
1.      Mengurung diri dan menghabiskan waktu dengan games dan internet dalam kamar
2.      Bila anda tegur dan batasi bermain gedge dia akan marah, melawan, berkata kasar dll
3.      Mulai impulsive, berbohong, jorok, mencuri
4.      Sulit berkonsentrasi
5.      Prestasi akademiknya menurun
6.      Jika bicara menghindari kontak mata
7.      Malu tidak pada tempatnya
8.      Menyalahkan orang
9.      Main dengan kelompok tertentu saja
10.  Hilang empati, yang diminta harus diperoleh
Jika anak sudah memiliki cirri-ciri demikian, maka sebagai orang tua harus bagaimana?
Langkah-langkah menjadi terapis bagi anak sendiri :
1.      Bersikap  tenang , jangan panic
2.      Bermusyawarah, komunikatif (3:159)
3.      Anak amanah Allah, bisa jadi : permata hati, ujian, musuh (5:48, 6: 165)
4.      Takutlah kepada Allah
5.      Terima, maafkan, jangan marah, minta ampunkan, perbaiki
6.      Komunikasi : TURUNKAN FREKUENSI BACA BAHASA TUBUH DENGARKAN PERASAAN BICARA : BENAR, BAIK, dan MENYENANGKAN
Langkah-langkah membantu anak :
1.      Syukur- tempatkan masalahnya
2.      Sabar – menghadapi kerusakan otak
3.      Sholat – mendekat dan meminta pertolongan-Nya
4.      Sedekah
5.      Baca alqur’an
6.      Berbaik dengan diri sendiri
7.      Bantu anak dulu

Zaman sudah berganti, kita memang tidak bisa melawan arus perkembangan teknologi maka dari itu jadilah orangtua yang bijak. Dan yang lebih penting lagi perlu pendekatan budaya dan agama.
Kami masih saja tetap terbengong-bengong tidak hanya dengan materi yang disampaikan oleh Bu Elly tetapi cara beliau menyampaikan yang sangat luar biasa. Selama mengikuti banyak seminar, baru kali ini kami dibuat merinding dan mulai timbul kesadaran yang sebenarnya belum mengerti atau tidak sadar.
4 srikandi Nasyiah dalam Seminar Nasional Parenting

 *catatan untuk diri sendiri
Sebenarnya aku bergidik dengan melihat fenomena yang terjadi disekitar lingkungan kita. Akhir-akhir ini Bengkulu dilihat oleh dunia bukan karena prestasinya, oklah prestasi, tapi yang tidak mengenakan/negatif. Jangan bangga kawan!. Ini menjadi tantangan tersulit bagi aktifis dakwah. Proses perubahan tidak bisa terjadi secara tiba-tiba, jika ingin hasilnya maksimal hal itu dmulai dari diri sendiri dan dari keluarga kecil kita. Aku memang belum punya keluarga sendiri, tetapi satu orang adik laki-laki dan satu orang adik perempuan ku juga menjadi tanggungjawabku.
            Memang sepertinya menjadi perempuan merupakan titik vital bagaimana ia nanti akan menjadi seorang ibu yang akan mendidik anak-anaknya untuk menjadi apa jika ibu “juga” sibuk bekerja diluar?. Maka dari proses berfikir yang pendek dan tiba-tiba kemudian sambung menyambung aku memutuskan untuk mengakhiri mimpi-mimpi tentang masa depan yang sebenarnya tinggal hanya selangkah lagi untuk “membangun perusahaan sendiri”. Hal itu sudah tidak menjadi penting lagi saat ini, aku hanya ingin menjadi ibu sambil terus menulis di rumah.
            Teman-teman yang pernah bertandang kepondok dia akan melihat bagaimana aku begitu terobsesi dengan beberapa hal yang sifatnya duniawi. Keterlaluan sekali. ex : Menjadi penulis se kaliber Dan Brown, Menjadi profesor or Entrepreneurship. Penyakit gila no wahid ku kambuh kalau sudah begitu.
Tentang mimpi-mimpi yang sudah dibangun selama ini apakah boleh runtuh begitu saja?
To be continue : Hadirkan lagi mimpi-mimpi.


                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
LihatTutupKomentar