Tidak ada hal yang gampang untuk mewujudkan sebuah impian, harapan, masa depan. Tulisan ini bukan untuk sok-sok-an, aku hanya ingin mengeksplore diriku untuk diriku sendiri. Karena tempatnya saja di blog sehingga bisa jadi bagi orang yang tak sengaja menemukan tulisan ini men-jugde yang menulis ini manusia sombong. Apalah yang boleh disombongkan lahir tanpa sehelai kain dikuburpun hanya kain kafan yang membalut tubuh.
Ini tentang aku dan impian masa depanku.
Look at the picture
Gambar di dinding kamar |
Demi memandu jalan otakq supaya fokus gak belok kanan belok kiri atau stagnan. Aku mendoktrin diri sendiri untuk mewujudkan hal itu. Lihatlah, gambar itu sengaja aku bingkai dengan bagus supaya tak jemu aku memandangmu.
Lihat yang paling atas, baca...baca... tulis...tulis.
Artinya hidupku tidak boleh jauh dari hal membaca dan menulis titik. Doktrin pertamaku. Penyakit gila nomor satu.
Gambar yang kedua ada anak kecil dengan tulisan Young entrepreneur. Aku mendoktrin bahwa aku juga harus menjadi pengusaha yang sukses. Mengingat usia, itu tak jadi soal. Sifatnya sangat duniawi, Penyakit gila nomor dua ku.
Gambar ketiga ada foto Dan Brown, Penulis international Best Seller the Da Vinci Code. Novel yang membuat aku tergila-gila dengan Robert Landong. Sehingga aku mendoktrin diriku untuk menjadi seperti Dan Brown. Penyakit gila nomor tiga.
Gambar selanjutnya ada Foto kakek-kakek rambut putih kulit keriput, berkumis dan jelek sekali. Jangan salah-salah jika memberikan label pada seseorang. Dialah Albert Einstein kawan. Siapa yang tak kenal dia?
Gambar terakhir adalah kesimpulan dari ketiga itu:
1. Be Entrepreneur (menjadi Pengusaha)
2. Be Author (menjadi penulis)
3. Be Profesor (menjadi profesor)
Pengusaha, sekarang aku sudah menjadi pengusaha meski soal uang aku tidak terlalu memikirkanya. Penulis, diary dan blogku untuk apa? untuk menulis, apa yang kurang?. mendirikan perusahaan sendiri, Uang? sedih sekali aku harus menjawab pertanyaanku sendiri. Profesor, gelar tertinggi akademik, beasiswa saja sempat ku tolak,sepertinya beasiswa dalam negeri bukan levelku, bukan sombong.
Bahkan akhir-akhir ini tinggal selangkah lagi aku akan membangun perusahaanku sendiri. Hatiku gegap gempita tiada tara. Namun, siapa sangka mimpi itu harus ku kubur hiduphidup sekarang juga.
Tadi malam kalau aku bisa sholat tahajud pasti aku sudah menangis tergugu. dari sekian banyak impian itu ternyata sifanya hanya duniawi. Butakah mata hatiku Tuhan?.
Tak ada satupun dari impianku itu yang bisa mendekatku pada Tuhanku.
Kurabai hatiku yang kalut dan gelisah tiada tara, kuperhatikan sudut-sudut kamar. Dari sekian banyak gambar yang menempel disana, ada satu yang menarik ini dia:
Wajibat Yaumiyahku |
Kemudian aku sangat ingin memotonya. Wajibat itu ku tulis sekitar tahun 2012. Belum lama, namun setidaknya aku sudah menjadi pendahulu dari junior-juniorku.
Dari dua belas hal yang menjadi target, ternyata pencapaianya sangat sedikit sekali. dari 12 hanya 5 yang bisa istiqomah untuk mengerjakanya.
Dari tempat yang sama ku pandangi satu-satu gambar itu, impian duniawi dan wajibat yaumiyahku.
Dengan segala pertimbangan aku ikhlas untuk melepaskan semua mimpi-mimpi masa depanku demi akhiratku.
Kemudian timbul banyak pertanyaan, bukankah antara dunia wal akhirat itu porsinya harus sama. Benar. Hanya saja porsinya disesuaikan.
Doaku mengalami revisi habis-habisan. Bukan doa untuku tetapi untuk orang-orang yang membutuhkan doa-doaku. Karena mendoakan orang tanpa diketahui orang tersebut maka malaikat akan mendoakanmu juga.
doaku : Ya Allah kuatkan kesabaranya, kuatkan kesyukuranya, istiqomahkanlah ia di jalanMu, berikan rezeki yang halal dan permudahlah jodohnya aamiin ya Rabb.
(doa untuk seseorang yang selalu dinantikan kabarnya, entahlah terasa aneh saja tanpa dia)