Kreatifitas yang DiKebiri

Status IG dan BBM : Semangat dan ke-pede-an ku turun dari level 90 ke level 50, drastic. Ya Tuhan haruskah aku menyerah? #sambil curhat dg komdan kokam pwpm, tears.
Status gokil yang ku buat sore itu menggambarkan betapa pedihnya jiwaku. Kepedihan ini bukan hanya soal asmara, mohon ketahuilah. Prinsip hidupku sederhana, menebar manfaat dimanapun berada.

Salahkah dalam kondisi yang sama aku aktif di banyak tempat yang aku juga mengambil banyak peran penting kemudian aku bilang itu bermanfaat untuk orang lain?. Apakah orang lain juga mengatakan dan diam-diam meng-iya-kan bahwa apa yang aku lakukan bermanfaat bagi mereka?. Menurut survey yang aku lakukan sendiri (kerajinan) memang benar. Hadirku sangat bermanfaat dimanapun itu, ini adalah uji nyali soal tingkat kepedean tadi. Dengan memiliki mindset seperti ini aku menjadi semangat, bergairah mengarungi hidup dan merekah kepada siapapun.

                Namun, ada saja hal-hal yang tidak di harapkan dating mengguncang, menghadang, menerjang. Aduh aku ribet banget kalo mau ngomong to the point.
Begini guys ceritanya, soal menulis sudah sejak dari dahulu aku memang minat disitu. Bukti nyatanya aku begitu gemar menulis diary, di laptopku juga banyak sekali tulisan yang tak berguna dan bertumpuk-tumpuk, dan di blog ku entah kalau dikumpulkan sudah menjadi berapa. Hal yang sangat aku gemari ini akan menjadi indah jika ku tularkan dengan yang lainya. Keinginan tidaklah selalu berbanding terbalik dengan kenyataan. Tetap saja masih njelimet ya,

                Sederhananya begini, aku ipeh, 27 tahun, mengajar di salah satu perguruan tinggi swasta. Mengampu mahasiswa semester 5, itu tahun lalu. Sekarang semester 4. Tapi aku bukan dosen, hanya asisten ahli. Gelarku masih sarjana muda yang masih jauh dari apapun itu namanya. Namun kembali pada prinsipku yang ingin berguna bagi semua.


                Di tempat aku mengajar, pada mulanya aku sangat bahagia karena akupun diberi wewenang untuk membuat semacam pengembangan kreatifitas mahasiswa. Dalam hal ini sesuai dengan jurusan jurnalistik. Semangatku mulai meletup, untuk mengawali langkah kongkrit aku membuat alternative dan berbagai penawaran. Benar disambut dengan baik. Workshop jurnalistik berjalan dengan lancer. Namun pada langkah kongkrit aku hanya sedikit mengalami kendala, hanya sedikit guys. Aku selalu menyembangkan senyum terindah dan menusukan semangat melalui gesture tubuhku dan juga sinar mataku. Yah hanya itu yang aku bisa sih. Rencana kami sudah matang, setidaknya pada tataran konsep sudah mencapai 70%.

                Sebelum pak dekan yang menemuiku untuk mengatakan langsung apa yang menjadi keinginan beliau terkait dengan follow up dari workshop yang pernah kami jalani beberapa waktu lalu.
Hari ini hatiku benar-benar sakit, realita yang aku hadapi sangat sulit sekali. Aku memang tidak percaya sebelum dihadapkan pada kenyataan yang sangat mendera jiwa ragaku. Padahal semua orang sudah mendukungku. Senior, stake holder dan anak-anak cute mahasiswa yang menjadi rekan berkreasiku.

Rasanya memang sia-sia, aku harus sadar bahwa tidak ada wewenang yang melebihi beliau sebagai petinggi di fakultas ini. Sejak sore ini apa aku boleh menyerah?.
Aku hanya berfikir, mengapa kreatifitas mereka di kebiri. Mereka punya kemauan dan kemampuan. Sesuai pula dengan jurusan mereka , hal-hal yang positif tidak mendapat support.
Memang aku bukan siapa-siapa hanya ingin bermanfaat untuk semuanya.

Sahabat yang budiman percayalah untuk zaman semodern ini jihad literasi lebih penting dari pada ceramah dari mimbar ke mimbar, mengapa kreatifitas mereka di kebiri?


Kau tahu? Sakitnya melebihi patah hati karena ditinggal pergi oleh kekasih hati. 
LihatTutupKomentar