Dan Wanita Tuhan,
Tersenyumlah.
Oleh;
Trisno
Apri Nugroho
Ketua Umum
Pimpinan Wilayah
Ikatan Pelajar Muhammadiyah Sulbar (2010-2012)
Awal tulisan ini,
teringat kisah Nabi Adam As. Manusia pertama yang diciptakan Allah yang juga
merupakan Rosul Allah. Kala Adam telah tercipta dan menikmati kehidupannya di
surga, segala sesuatu yang dia inginkan serta merta dia dapatkan, kecerdasan,
pengetahuan, dan perasaan menjadi modal dasar atas penciptaanya sehingga dengan
demikian kehidupan Adam amatlah bahagia.
Meski kebahagiaan
meliputi kehidupan Adam di surga, tak luput baginya kesepian menari syahdu
dalam hatinya. Kesepian itu menandakan
ada satu hal yang kurang dalam hidupnya. Adam selalu mencoba menepis
kesepian itu dengan menikmati kesendiriannya, tetapi sangat sulit baginya.
Hingga pada suatu ketika, Adam disaat lelah mencari penawar gunda akan
kesepiannya, dia pun terbaring dan terlelap dibawah pohon asri nan rindang.
Kemudian, Adam
terbangun dari lelapnya, terkejut bukan kepalang saat dia melihat sesosok
mahluk ‘asing’ tengah duduk dihadapnnya.
Adam pun bertanya, “Kamu ini apa dan siapa nama mu?”. Dijawabnya mahluk ‘asing’
tersebut, “Aku adalah wanita, dan aku sendiri belum tahu siapa nama ku”. “Kalau
begitu...” Sahut Adam, “Kamu, saya beri nama Hawa. Hawa itu artinya orang yang saya rindukan”.
Kesendirian adalah
kegundahan Adam, dan selama menjalani kesendiriannya, seorang temanlah yang dia
inginkan. Hingga Allah menciptakan wanita (Hawa) untuknya. Adampun bersama Hawa
menjalani hidupnya di surga dan menjadi suami istri, setelah itu keduanya
diturunkan ke bumi, menjalani kehidupan sebagai khalifah di muka bumi. (QS.
Al-Baqarah:30).
Kisah di atas yang
menceritakan tentang petualangan kesendirian Nabi Adam-membutuhkan seorang
pendamping hidupnya yakni seorang wanita (Hawa). Merupakan kisah yang sangat
monumental dan terkesan bahwa keberadaan laki-laki tanpa pendamping
hidup-wanita, akan melahirkan ketidakseimbangan perjalanan hidup. Begitupun
sebaliknya. Diantara keduanya (Adam-Hawa) tertanam benih rasa cinta yang dibingkai
kasih-sayang dan mewujudkannya menjadi kebahagiaan keluarga Rumah Tangga. Semua
itu dijadikan bahtera bagi mereka berdua untuk mengarungi samudera kehidupan di
bumi agar meraih kebahagiaan yang kekal di akhirat kelak.
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung
dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan
sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang berfikir”. (Qs. Ar-Ruum:21)
Amanah
Membahagiakan Wanita.
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum
wanita...” (Qs. An-Nisaa: 34)
Inilah amanah yang
mesti kita (laki-laki) laksanakan, yakni menjadi pemimpin bagi wanita. Kita
tentunya memahami arti pemimpin itu sendiri, dimana memiliki kewajiban
memberikan yang terbaik kepada yang dipimpinnya itu. Pemimpin yang penulis
maksud pada wanita. Laki-laki sejati paham akan wanita sebagai ‘obyek’ yang
dipimpin. Laki-laki tahu apa yang seyogyanya dilakukan untuk membahagian
wanita. Kepemimpinan yang diberikan termaktub dalam perihal ma’ruf dan jauh
dari kemungkaran serta kebathilan.
Apa saja kewajiban
kita terhadap wanita sebagai obyek dipimpin? Internalisasi penulis menerawang
dalam hati, bahwa sebenarnya penjagaan kaum laki-laki atas wanita adalah:
1.
Menjaga
jiwanya (Psikis).
Ini penting
untuk dilakukan. Penjagaan jiwa terhadap wanita merupakan bagian yang mesti
diperhatikan sebab wanita memiliki jiwa yang labil atau tidak tetap,
perkembangan emosi atau perasaannya lebih kuat daripada akalnya. Sebagaimana
dalam sabda Rasulullah SAW:
“Wanita adalah seperti tulang rusuk; bila
engkau meluruskan, akan patah. Bila engkau bersenang-senang dengan dia, engkau
pun akan memperoleh kesenangan; namun dia tetap bengkok.” (HR.
Bukhari Muslim).
Hadits
Rasul sebagaimana di atas menunjukkan pentingnya menjaga jiwa (psikis) wanita,
dan dalam penjagaan tersebut kita (laki-laki) hendaknya dengan kelemah
lembutan, penuh kasih-sayang, pengertian, dan menempatkan wanita pada kemuliaan.
Sangat nista, apabila menjaga psikis wanita dengan kekerasan karena
sesungguhnya hal tersebut akan menjatuhkan mental wanita dan psikisnya pun
tidak dapat terkontrol dengan baik. Sama halnya, jika wanita dibiarkan
melakukan apapun yang hendak dilakukan-tidak peduli baik atau buruk. Hal ini
pun membuat psikis wanita ‘ambruk’ dan semakin jauh dari kesempurnaan serta
kemuliaannya.
2.
Menjaga Kesuciannya.
Kesucian
wanita adalah kesempurnaan baginya. Suci dalam penampilannya, suci dalam
tingkah lakunya, suci dalam bicara, suci pandangannya, suci akhlaqnya, suci
auratnya, serta kesuciannya dalam menjaga harga dirinya.
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan kemaluannya (harga dirinya)...” (QS. An-Nuur:31)
Laki-laki
sekalipun jangan menodai kesucian wanita, kesucian wanita perlu laki-laki
menjaganya, bukan malah mengotorinya dengan nafsu dan kebencian.
3.
Menjaga
Auratnya.
Rasulullah
Saw dalam haditsnya:
“Hasma
binti Abu Bakar telah menemui Rasulullah dengan memakai pakaian yang tipis.
Sabda Rasulullah. Wahai Asma! Sesungguhynya gadis yang telah berhaid tidak
boleh baginya menzahirkan anggota badan kecuali pergelangan tangan dan wajah
saja.”
(HR.
Bukhari & Muslim).
Sepatutnya
laki-laki untuk mengutamakn aurat wanita agar dijaga. Malulah kita (laki-laki)
sebagai pemimpin bagi wanita manakalah wanita membuka aurat dan
mempertontonkannya dalam kehidupan sehari-harinya. Hadits Rasulullah di atas
sangat jelas bahwa aurat wanita terdiri dari seluruh tubuhnya kecuali tangan
dan wajah, aurat wanita semestinya tertutupi dengan kain yang baik dan
sederhana bukan kain yang berbahan tipis sehingga membuat lekuk tubuh wanita
terbentuk dan terlihat. Laki-laki pun semestinya menyandang kesederhanaan agar
wanita dalam penampilannya juga sederhana dan tidak berlebih-lebihan dan akan
mengundang fitnah dan keburukkan, serta nafsu ‘binatang’.
“Katakanlah
kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang
(biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung
kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka,
atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau
putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau
putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan
mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau
pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau
anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka
memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan
bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu
beruntung.”
(QS.
An-Nuur:31)
4.
Berlaku
Adil.
“Hai orang-orang yang beriman
hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena
Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu
terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku
adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Al-Maa’idah:8)
(QS. Al-Maa’idah:8)
Laki-laki
wajib untuk selalu berlaku adil kepada wanita meski dalam waktu yang tidak
diketahui wanita terkadang membuat benci. Tapi sesungguhnya jika seorang
laki-laki paham atas perlakuan wanita yang mengundang kebencian-hal itu
menunjukkan laki-laki senantiasa memberikan keadilan bagi wanita dan lebih
menyayanginya.
Jangan
karena permintaan dan keinginannya terlalu banyak, laki-laki menaruh benci
terhadap wanita, jangan lantaran wanita ingin dibimbing kearah yang baik,
laki-laki malah menjauh darinya. Maka sebagai laki-laki, jadilah kita sebagai
pemimpin yang adil bagi wanita-Hawa (Orang yang ku rindukan).
Realitas
Yang dihadapi Wanita
Sebelum memasuki babak baru era
emansipasi yang dibawa Rasulullah Saw, realitas yang terjadi dalam kehidupan
wanita begitu menyedihkan. Kala itu wanita dianggapnya sebagai aib, hina, tidak
memiliki ruh, bahkan yang lebih ironi-jika bayi perempuan lahir pasti dibunuh.
Amat kejamlah mereka-berbuat nista terhadap mahluk yang telah melahirkan setiap
pemimpin-pemimpin umat termasuk Nabi Muhammad Saw.
Zaman dulu, jika seorang wanita bersalah-
kedua tangan wanita tersebut diikat diekor kuda dan diseret sampai mati, atau
wanita itu diikat dipohon dan disiram minyak panas. Ini semua dilakukan karena
mereka (laki-laki yang berbuat kasar) menggap, wanita adalah pembawa dosa.
Lantaran wanitalah sehingga Adam (kaum laki-laki) diusir dari surga, wanita
tidak memiliki hati, wanita adalah kehinaan. Selain itu, wanita pun dianggap
barang yang bisa diperjual-belikan, wanita tidak dihargai, tidak ada sepeserpun
harta warisan untuk wanita, dan wanita itu adalah syaitan!
Setelah Islam datang yang dibawa
oleh Nabi Muhammad Saw. Semua kehinaan yang dilontarkan kepada wanita
dihapuskan, persamaan antara laki-laki dan wanita ditegakkan tetapi tetap
memiliki hijab dan batasan bagi yang bukan muhrim, pembagian warisan kepada
wanita pun diadakan, serta kebaikkan-kebaikkan serta kemuliaan wanita dinomor
satukan. Subhanallah!
Itu dizaman dahalu! Tetapi tak dapat
kita pungkiri saat ini kita berada dizaman pembumian ‘raja’ teknologi. Dimana
segala sesuatu bisa digapai dengan mudah. Dengan hal itulah, mengantar kondisi
semakin carut-marut. Wanita-wanita muslimah dizaman ini tidak segan
mempertontonkan auratnya dengan dalih Hak Azasi Manusia (HAM), semauanya, dan
anggapan lainnya. Kalau kita melakukan survey tentang jumlah wanita penghibur
(prostitusi)-tiap tahunnya bertambah. Bukan hanya itu, hijab wanita muslimah
pun kini hanya menjadi tren tanpa memperhatikan kesempurnaan hijab itu sendiri.
Dan
Wanita.. Tersenyumlah.
Jadi, apa
yang semestinya kaum laki-laki perbuat melihat fenomena wanita kontemporer?
Apakah ikut menikmati ‘lekuk’ tubuh wanita yang katanya sudah menutupi
auratnya? Ataukah lebih mengikuti nafsu ‘liar’ pada wanita penghibur yang
semestinya diayomi? Ingat, laki-laki adalah pemimpin bagi wanita! Kepemimpinan
laki-laki itu adalah untuk pemberdayaan wanita agar menjadi muslimah sesuai
harapan Islam. Itu tugas laki-laki sebagai pemimpin bagi wanita!
Sudah saatnya kita kembali pada
esensi sebagai pemimpin bagi wanita. Membahagiakan wanita dengan cara membimbing
wanita, arahkan wanita pada kesempurnaannya, melengkapi kehidupannya dengan
lemah lembut bukan dengan kekerasan dan atau membiarkan wanita jatuh dalam
lembah hitam kemaksiatan.
Sebagai pemimpin, mari kita berusaha
sekuat tenaga untuk membuat wanita tersenyum akan kebahagiaan dan
kesempurnaannya sebagai wanita muslimah yang sebenarnya. Dan kepada seluruh
wanita Tuhan.. Tersenyumlah.. karena engkau adalah mahluk yang terciptaatas
dasar kemuliaan dan kasih sayang engkau
adalah segalanya yang melahirkan pemimpin-pemimpin untuk kaum mu..
“Jagalah kesempurnaan mu wahai
wanita Tuhan.. jangan engkau nodai kesucian mu walau sekecil zarrah (atom).
Engkau adalah keindahan dalam penciptaan mu.. engkau bagaikan melati yang
selalu mengharumi alam ini.. alam yang indah akan panorama kesucian mu.. Maka,
ku ingin engkau selalu tersenyum dan menjadi terbaik untuk pemimpin mu.”