Sia-Siakah Ibadah dan Doa-doaku ya Rabb
Hati resah
dan gelisah hidup penuh pancarobaResah dan gelisahku rasaHidup penuh pancarobaRoda masa pantas berputarMenduga iman di dadaDaku yang lena dan terlekaTenggelam di lautan dunia…bla…bla…bla….
Satu bait lirik lagu dari Grub Nasyid Malaysia Inteam begitu menusuk-nusuk. Lagu itu sudah lama dan sangat sering ku dengar, tapi kali ini begitu menyayat hati.
Tuhan
kuatkan kesabaranku.
Aku
melakukan kebaikan padaMu sepenuh aku mampu. Aku menjalankan perintahMu seperti
yang Kau mau. Tapi hatiku masih resah dan gelisah. Apa yang menjadikanku
segelisah ini? Mengapa aku begitu rapuh, tak berguna, tak memberikan manfaat
yang ada hanya menjadi caci maki dan ghibah orang-orang disekitarku.
Aku sedang labil dan bisa menangis sewaktu-waktu. Aku tau mengapa aku begitu, tapi aq susah untuk memperbaikinya.
Tiba-tiba
diri tersentak dan tersadar betapa naifnya diri ini. Aku melakukan kebaikan
kepada Tuhanku sementara kepada sesamaku aku terlalu bodoh untuk selalu
mengalah demi mempertahankan idealism. Sekarag bukan lagi idealisme brow…tapi
realitas di lapangan yang harus kamu tau sebenarnya.
Aku tidak
sekedar mempertahankan idealism tapi kebatilan , kebenaran, mengapa aku harus
menuruti egoisme orang-orang , celakalah aku menuruti nafsu orang-orang yang
tak tahu siapa dirinya.
Sangat naïf
memang, kejam memang tapi itu hanyalah sepenggal dari rasa kekecewaan yang
mendalam dengan lingkungan yang mengukungkan diriku hingga seperti sekarang
ini. Tak bisa berkembang, berakspresi.
Dan yang
paling aku sesalkan adalah aku sangat tidak ingin merusak kesempurnaan
ibadahku. Aku menyesal setiap hari harus mengeluarkan kata dengan nada yang
tinggi karena lawan bicara susah mengerti. Atau memang aku yang bodoh untuk
menyampaikan pada mereka yang pndidikanya memang jauh lebih tinggi dari pada
aku.
Ya Rabb ,
aku sangat menyesal telah menodai bulan suciMu bulan penuh berkahMu, Ramadhan
mubarokahMu.
Memang aku
hanya sebutir debu tak berharga sama sekali, maka untuk apa mendengarkan aku,
anak ingusan katanya. Tak bermutu pendapatnya.
Kalau aku
boleh membela bukan itu, tapi karena keegoisan itu yang lebih besar.
Ya Allah
aku bukan hambaMu yang sholeha, hamba benar banyak khilaf, doa-dosa ku tak
terhingga, tapi hamba tidak ingin ini menjadi biasa.