Rasa Yang Tertinggal

Aku mengikat hatiku hanya pada satu cinta., cinta Illahi yang hakiki, tiada yang lain.

Doktrin pada diri sendiri seperti itu, menghilangkan rasa dan asa pada sahabat yang kujatuhi hati juga seperti itu. Jika tidak bisa maka mendoktrin untuk mencari pengganti yang lain.

Begitulah, kadang diri ini sangat tega sekali, maaf kawan itu demi ketentraman hati dan kenyamanan dalam bersosialisasi.

Begini kawan, hatiku sedang nyaman, tentram, damai nan taraso, karena separuh bebanku sudah ku bagi.
Maaf aku bukan orang yang suka memendam ketidak nyamanan atau suka ngomongin orang lain dari belakang kata lainya adalah ghibah atau gosip, jika ada maka itu adalah strategi bagaimana cara yang paling tepat untuk menyampaikan kepada kawan kita agar mereka tidak tersinggung.

Maka mulailah aku menyampaikan ketidak nyamanan tentang rasa dan asaku kepada seorang sahabat dalam mimpi yang pernah kuceritakan beberapa waktu lalu.

Awalnya aku santai saja tapi kemudia aku di buat malu, karena ternyata dia sahabatku itu sudah tahu sejak sebulan yang lalu.

Betapa waktu telah mempermalukan aku. Harus bagaimanalah muka ini jika bertemu dengan sang sahabatku itu?
aku telah dipermalukan oleh waktu dan setengah lagi adalah cemburu, benar-benar waktu yang keliru, dunia meski kau tahu, pura-pura saja tidak  tau , agar tidak terlalu malu diriku.


ah sudah sudah itu adalah resiko yang harus ditanggung, daripada aku menjadi seorang pecundang. tapi dengan begitu aku menjadi lebih nyaman, rasaku harus biasa-biasa saja meski masih ada yang tertinggal. Aku harus membiasakan.
Ada rasa yang tertinggal, lebih-lebih komunikasi masih selalu intens. Yang aku tidak ingin adalah ketika rasa sudah tiada maka benci yang akan bertahta. Sungguh Tuhanku, aku pencemburu, hilangkan rasaku, lunturkan secara perlahan-lahan karena hati ini begitu labil.

Aku mensyukuri dengan apa yang telah Allah berikan padaku, apapun itu, kelabilan ekonomi, hati, faminy dan organisasi. Aku akan bersyukur sepanjanh aku bisa.

Ya rabb, mohon selalu bimbinglah hati ini untuk tetap bersyukur dengan apa yang kau berikan kepadaku, jangan kau sia-siakan aku hambaMu yang selalu mohon sejuta ampunan dan kebaikan, selalu istiqomahkan aku dijalanMu.
dengan cintaku, aku sudah berdamai untuk bisa menerima kekurangan.
dengan rasa yang tertinggal, aku akan melupakan sekuat tenaga.

LihatTutupKomentar