Ramadhan Mubarak |
Ramadhan adalah bulan penuh berkah, penuh
berkah dari semua sisi kebaikan. Oleh karena itu, umat Islam harus
mengambil keberkahan Ramadhan dari semua aktifitas positif dan dapat
memajukan Islam dan umat Islam. Termasuk dari sisi ekonomi, sosial,
budaya dan pemberdayaan umat. Namun demikian semua aktifitas yang
positif itu tidak sampai mengganggu kekhusu’an ibadah ramadhan terutama
di 10 terakhir bulan Ramadhan. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam
menjadikan bulan puasa sebagai bulan penuh amaliyah dan aktivitas
positif. Selain yang telah tergambar seperti tersebut di muka, beliau
juga aktif melakukan kegiatan sosial kemasyarakatan. Rasulullah saw.
menikahkan putrinya (Fathimah) dengan Ali RA, menikahi Hafsah dan
Zainab.
Persiapan Mental
Persiapan mental untuk puasa dan ibadah
terkait lainnya sangat penting. Apalagi pada saat menjelang hari-hari
terakhir, karena tarikan keluarga yang ingin belanja mempersiapkan hari
raya, pulang kampung dll, sangat mempengaruhi umat Islam dalam
menunaikan kekhusu’an ibadah Ramadhan. Dan kesuksesan ibadah Ramadhan
seorang muslim dilihat dari akhirnya. Jika akhir Ramadhan diisi dengan i’tikaf dan taqarrub yang lainnya, maka insya Allah dia termasuk yang sukses dalam melaksanakan ibadah Ramadhan.
Persiapan Ruhiyah (Spiritual)
Persiapan ruhiyah dapat dilakukan dengan
memperbanyak ibadah, seperti memperbanyak membaca Al-Qur’an saum sunnah,
dzikir, do’a dll. Dalam hal mempersiapkan ruhiyah, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mencontohkan kepada umatnya dengan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, sebagaimana yang diriwayatkan ‘Aisyah ra. berkata:” Saya
tidak melihat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menyempurnakan
puasanya, kecuali di bulan Ramadhan. Dan saya tidak melihat dalam satu
bulan yang lebih banyak puasanya kecuali pada bulan Sya’ban ”. [HR Muslim]
Persiapan Fikriyah
Persiapan fikriyah atau akal dilakukan
dengan mendalami ilmu, khususnya ilmu yang terkait dengan ibadah
Ramadhan. Banyak orang yang berpuasa tidak menghasilan kecuali lapar dan
dahaga. Hal ini dilakukan karena puasanya tidak dilandasi dengan ilmu
yang cukup. Seorang yang beramal tanpa ilmu, maka tidak menghasilkan
kecuali kesia-siaan belaka.
Persiapan Fisik dan Materi
Seorang muslim tidak akan mampu atau
berbuat maksimal dalam berpuasa jika fisiknya sakit. Oleh karena itu
mereka dituntut untuk menjaga kesehatan fisik, kebersihan rumah, masjid
dan lingkungan. Rasulullah mencontohkan kepada umat agar selama berpuasa
tetap memperhatikan kesehatan. Hal ini terlihat dari beberapa peristiwa
di bawah ini :
• Menyikat gigi dengan siwak (HR. Bukhori dan Abu Daud).
• Berobat seperti dengan berbekam (Al-Hijamah) seperti yang diriwayatkan Bukhori dan Muslim.
• Memperhatikan penampilan, seperti pernah diwasiatkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam
kepada sahabat Abdullah ibnu Mas’ud ra, agar memulai puasa dengan
penampilan baik dan tidak dengan wajah yang cemberut. (HR. Al-Haitsami).
Sarana penunjang yang lain yang harus
disiapkan adalah materi yang halal untuk bekal ibadah Ramadhan. Idealnya
seorang muslim telah menabung selama 11 bulan sebagai bekal ibadah
Ramadhan. Sehingga ketika datang Ramadhan, dia dapat beribadah secara
khusu’ dan tidak berlebihan atau ngoyo dalam mencari harta atau kegiatan
lain yang mengganggu kekhusu’an ibadah Ramadhan.
Merencanakan Peningkatan Prestasi Ibadah (Syahrul Ibadah)
Ibadah Ramadhan dari tahun ke tahun harus
meningkat. Tahun depan harus lebih baik dari tahun ini, dan tahun ini
harus lebih baik dari tahun lalu. Ibadah Ramadhan yang kita lakukan
harus dapat merubah dan memberikan output yang positif. Perubahan
pribadi, perubahan keluarga, perubahan masyarakat dan perubahan sebuah
bangsa. Allah SWT berfirman : “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS AR- Ra’du 11).
Diantara bentuk-bentuk peningkatan amal
Ibadah seorang muslim di bulan Ramadhan, misalnya; peningkatan, ibadah
puasa, peningkatan dalam tilawah Al-Qur’an, hafalan, pemahaman dan
pengamalan. Peningkatan dalam aktifitas sosial, seperti: infak, memberi
makan kepada tetangga dan fakir-miskin, santunan terhadap anak yatim,
beasiswa terhadap siswa yang membutuhkan dan meringankan beban umat
Islam. Juga merencanakan untuk mengurangi pola hidup konsumtif dan
memantapkan tekad untuk tidak membelanjakan hartanya, kecuali kepada
pedagang dan produksi negeri kaum muslimin, kecuali dalam keadaan yang
sulit (haraj).
Menjadikan Ramadhan sebagai Syahrut Taubah (Bulan Taubat)
Bulan Ramadhan adalah bulan dimana syetan
dibelenggu, hawa nafsu dikendalikan dengan puasa, pintu neraka ditutup
dan pintu surga dibuka. Sehingga bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat
kondusif untuk bertaubat dan memulai hidup baru dengan langkah baru
yang lebih Islami. Taubat berarti meninggalkan kemaksiatan, dosa dan
kesalahan serta kembali kepada kebenaran. Atau kembalinya hamba kepada
Allah SWT, meninggalkan jalan orang yang dimurkai dan jalan orang yang
sesat.
Taubat bukan hanya terkait dengan
meninggalkan kemaksiatan, tetapi juga terkait dengan pelaksanaan
perintah Allah. Orang yang bertaubat masuk kelompok yang beruntung.
Allah SWT. berfirman: “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung” (QS An-Nuur 31).
Oleh karena itu, di bulan bulan Ramadhan
orang-orang beriman harus memperbanyak istighfar dan taubah kepada Allah
SWT. Mengakui kesalahan dan meminta ma’af kepada sesama manusia yang
dizhaliminya serta mengembalikan hak-hak mereka. Taubah dan istighfar
menjadi syarat utama untuk mendapat maghfiroh (ampunan), rahmat dan
karunia Allah SWT. “Dan (dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun
kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan
yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada
kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.” [QS Hud : 52]
Menjadikan bulan Ramadhan sebagai Syahrut Tarbiyah, Da’wah
Bulan Ramadhan harus dimanfaatkan
sebaik-baiknya oleh para da’i dan ulama untuk melakukan da’wah dan
tarbiyah. Terus melakukan gerakan reformasi (harakatul ishlah). Membuka
pintu-pintu hidayah dan menebar kasih sayang bagi sesama. Meningkatkan
kepekaan untuk menolak kezhaliman dan kemaksiatan. Menyebarkan syiar
Islam dan meramaikan masjid dengan aktifitas ta’lim, kajian kitab,
diskusi, ceramah dll, sampai terwujud perubahan-perubahan yang esensial
dan positif dalam berbagai bidang kehidupan. Ramadhan bukan bulan
istirahat yang menyebabkan mesin-mesin kebaikan berhenti bekerja, tetapi
momentum tahunan terbesar untuk segala jenis kebaikan, sehingga
kebaikan itulah yang dominan atas keburukan. Dan dominasi kebaikan bukan
hanya dibulan Ramadhan, tetapi juga diluar Ramadhan.
Menjadikan Ramadhan sebagai Syahrul Muhasabah (Bulan Evaluasi)
Dan terakhir, semua ibadah Ramadhan yang
telah dilakukan tidak boleh lepas dari muhasabah atau evaluasi.
Muhasabah terhadap langkah-langkah yang telah kita perbuat dengan
senantiasa menajamkan mata hati (bashirah), sehingga kita tidak menjadi
orang/kelompok yang selalu mencari-cari kesalahan orang/kelompok lain
tanpa mau bergeser dari perbuatan kita sendiri yang mungkin jelas
kesalahannya. Semoga Allah SWT senantiasa menerima shiyam kita dan amal
shaleh lainnya dan mudah-mudahan tarhib ini dapat membangkitkan semangat
beribadah kita sekalian sehingga membuka peluang bagi terwujudnya
Indonesia yang lebih baik, lebih aman, lebih adil dan lebih sejahtera.
Dan itu baru akan terwujud jika bangsa ini yang mayoritasnya adalah umat
Islam kembali kepada Syariat Allah.
Sumber : Panduan Ibadah Ramadhan, Iman Santoso, Lc.
About these ads