Oleh : Hardiansyah, S.Pd
(Pendidik di Sekolah Alam Bengkulu Mahira )
(Pendidik di Sekolah Alam Bengkulu Mahira )
Sebuah Pengantar Untuk Buku Rio Saputra dan Roni Dewanyara Putra |
Selesai membaca naskah buku ini, saya teringat dengan ungkapan
Finley Patter Dunne yang mengatakan “Kita bisa mengantar orang memasuki
universitas, tapi belum tentu membuat mereka berfikir”. Setiap
tahun banyak universitas yang menerima mahasiswa baru baik itu
universitas swasta maupun universitas negeri. Setiap tahun juga seluruh
universitas di Indonesia meluluskan para wisudawan dan wisudawati karena
telah menyelesaikan program studinya di kampus dan di jurusan
masing-masing. Namun tentu patut kita bertanya dari sekian ribu
mahasiswa tersebut yang masuk atau lulus universitas berapa persenkah
yang akan menjadi sumber daya manusia yang handal dalam membangun negeri
ini ? kenyataannya bertolak belakang dengan impian dan cita –cita semua
orang. Tidak sedikit dari mereka yang malah melakukan sesuatu yang
sebenarnya bisa dilakukan oleh seorang tamatan SD, SMP maupun SMA. Hal
ini menunjukkan bahwa predikat sebagai sarjana tidak menjadi jaminan
bahwa mereka akan menjadi sumber daya manusia yang handal dan
profesional. Lalu salahnya dimana ?
Berbicara tentang
kesuksesan tentu setiap orang memiliki cara pandang yang berbeda tentang
makna sukses. Seorang yang kurang mampu secara finansial akan memandang
orang yang “lebih’ secara finansial itulah orang yang sukses, seorang
sarjana strata 1 akan berkata bahwa temannya yang menjadi profesor
adalah orang yang sukses dan seorang karyawan memandang bosnya sebagai
seorang yang sukses. Sukses dalam bahasa yang saya pahami adalah suatu
keinginan yang belum kita miliki. Karena bisa jadi teman anda profesor,
bos atau orang kaya menilai kita sukses karena memiliki anak sedangkan
mereka belum dikarunia Tuhan seorang anak pun. Hidup itu adalah pilihan
dan apa yang diinginkan (kesuksesan) harus diperjuangkan. Lantas
bagaimana menjadi mahasiswa yang sukses ?
Sebuah
intermezo ada pertanyaan seperti ini “Mengapa setiap lagu bertemakan
nusantara seringkali membanggakan sumber daya alam yang memang melimpah
di negeri ini, namun mengapa sangat jarang membanggakan sumber daya
manusianya”. Kita tentu ingat dengan kalimat bukan kolam lautan hanya
kolam susu dan tanah kita tanah surga. Namun kita tidak pernah mendengar
kalimat orang kita cerdas-cerdas, rajin-rajin dan lain-lain. Salah satu
kunci penggodokan sumber daya manusia bangsa Indonesia salah satunya
adalah kampus atau universitas. Sudah berhasilkah kampus menjalankan
perannya ?
Dalam sebuah pelatihan mengenai “Quantum
Learning” saya pernah berbicara kepada para mahasiswa bahwa orientasi
kebanyakan mahasiswa Indonesia adalah study oriented, organization
oriented dan entertainment oriented. Yang berorientasi studi
bagaimanapun caranya mengejar nilai, yang berorientasi pada organisasi
siap mengenyampingkan studi dan yang berorientasi hiburan datang ke
kampus untuk gonta-ganti pacar, kongkow-kongkow tanpa ada tujuan yang
jelas. Namun semua pilihan itu – mengutip bahasa buku ini- adalah
pilihan masing- masing individu yang tidak bisa disalahkan. Hanya saja
perlu anda fikirkan apakah anda sebagai mahasiswa hanya tiga itu saja
orientasinya ?
Saya memandang bahwa mahasiswa saat ini
dididik untuk menjadi seorang karyawan tidak pernah dididik untuk lebih
dari itu. (Baca kisah kutu anjing dalam kotak korek di buku ini).
analoginya seperti ini, seorang ayah mengajak anaknya untuk berkunjung
kesebuah kantor. Sang ayah bertanya kepada karyawan di kantor tersebut
berapa gaji mereka perbulan. Dijawab dengan angka yang fantastis sepuluh
juta. sang ayah akan berkata kepada anaknya “ Nak beajar yag rajin ya,
kalau sudah besar kerja di kantor ini” sangat jarang seorang ayah akan
berkata “ Nak belajar yang rajin ya nanti kamu punya kantor seperti
ini”. Motivasi itu penting dan sangat penting bagi kita dan terkhusus
mahasiswa. Namun sangat disayangkan orang yang menjatuhkan semangat
lebih banyak berkeliaran disekitar kita dari pada orang yang memotivasi
dan yakin akan kekuatan motivasi tersebut..
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan diatas adalah pertanyaan yang
mungkin menggelayut di dalam pikiran kita. Sebagiannya mungkin akan
ditemukan dalam buku ini. Buku ini adalah buku yang dapat diibaratkan
teman yang memotivasi mahasiswa diantara teman-teman lainnya yang
menjatuhkan semangat anda. Buku ini adalah buah karya pertama yang luar
biasa. Buku dengan tema motivasi bisa jadi bertebaran di toko buku.
Namun buku tentang motivasi untuk mahasiswa masih sangat langka. Penulis
terkadang banyak mengutip pengalaman-pengalaman mereka yang luar biasa.
Hal ini menjadi daya dorong luar biasa karena pengalaman adalah guru
yang paling baik untuk bercerita kepada kita dan kepada semua orang.
Hanya saja saya kurang sependapat tentang pembahasan mengenai otak kanan
dinilai plus dibandingkan otak kiri dalam buku ini. Saya beranggapan
bahwa semua yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa tidak untuk
dibandingkan mana yang lebih baik. Anda dominan otak kiri atau anda
dominan otak kanan itu sama saja. Bahkan jika korupsi menggunakan otak
kanan itu lebih berbahaya daripada menggunakan otak kiri. Tidaklah dapat
bertepuk tangan hanya dengan tangan kanan saja atau tangan kiri saja.
Terlepas dari itu semua saya sangat mengapresiasi hadirnya buku ini.
mudah-mudahan menjadi catatan amal jariyah bagi penulis yang tidak
pernah putus amalnya. Amin