Sepotong Hati Yang Baru

Edisi Desember Kelabu.

Mencari hidayahMU

 

Sabar dan ikhlas, betapapun itu terjadinya, proses terbentuknya tidaklah langsung secara instan, Tetapi melalui upaya kerja keras dan proses yang sangat panjang.

Untuk menuju tangga teratas sabar dan ikhlas, yakinku banyak menempuh jalanan berdebu, berliku, batu kerikil , duri di jalanan, seolah-olah itu membatasi dan mengukungkan kita bahwa tak ada alamat yang tepat untuk tujuan mulia sekalipun.

Guncangan pikiran, hati, paduan perasaan yang hebat bukan? namun terkadang melangkahi nalar berfikir rasional kita . Dengan begitu sistem kerja otak kita di buatlah sekacau mungkin, yang hayali seolah-olah nyata, padahal kita sadar terjaga sedang duduk manis di dunia nyata,  namun jika kita mampu menahan sabar sedikit saja maka akan di gantikan dengan sejuta manisnya kejutan. Baiklah....,sekali lagi bukan di dunia yang hanya menawarkan sebatas angan-angan. Mari kita memulainya:

Aku.....Aku ternyata lebih siap menghadapi kesenangan daripada kehilangan, Maka lahirlah kesedihan, aku lupa pada petuah lama  yang mengatakan bahwa pertemuan memungkinkan perpisahan, anehnya aku memilih menyenangkan hati, padahal kenyataan sebenarnya amat pahit.

Aku bukan wonder women, aku seperti perempuan, orang bilang mahluk lemah, seperti boneka keropos, ahhh tidak semuanya keliru, dan seperti perempuan kebanyakan, tidaklah mudah meningggalkan taman hati yang sedang mekar bersemi, indah di pandang mata mewangi menyubur harapan. Terlena aku pada fatamorgana dunia yang fana, tak ada yang menyambut tanganku ketika aku sedang terperih jatuh kesakitan, seolah-olah dunia hanya menatapku iba dan dengan malasnya menyuruhku berdiri sendiri dari kelemahan betapapun beratnya.

Lama, sangat lama, butuh proses yang teramat lama, untuk mengobati, untuk membalut luka yang masih deras mengalir darahnya, anehnya dalam setiap kealpaan aku berencana untuk mencaci memaki dengan kebodohan diri sendiri, tetapi hatiku terus menasehati, itu tidak semuanya benar, bahkan tidak sama sekali.

Samalah lamanya untuk menanamkan bunga di taman ini, di siramnya setiap hati, begitu teliti dan rutin tanpa jeda setiap detikpun, dirawatnya hingga tumbuh subur, indah di pandang mata, membuncah di kalbu, tak dapat di lukiskan dengan 1000 kata, aduhai bagaimanalah cara mengatakanya .

Ku hanya menikmati  bahagia ini dalam-dalam tanpa seorangpun tau, biar hanya aku, hanya tuhanku saja yang tahu..

Dewi fortuna tidak selamanya berpihak padaku , tanpa di sadari aku tengah menari di atas perih orang lain. Sungguh itu bukan mauku, percayalah.....

Kedalaman hati berfikir, merasakan , naluri sebagai seorang perempuan, lembut dan mudah tersentuh perasaanya. Aku bertekad jua akan mengakhiri roman yang belum tentu berakhir bahagia ini, hari demi hari aku lalui, Tuhan ternyata aku bisa, aku bisa melepaskan semua perasaan itu tanpa ada bekas sedikitpun, aku lah pemenangnya! tidakk!! ternyata aku keliru

Ternyata taman hatiku tetap di pupuknya dan tetap bersemi, aku lelah melawan pada skenarioNya. Aku serahkan semuanya kepada Tuhan.
Tapi endingnya begitu memilukan, di kubur saja hidup-hidup taman hati itu hingga tak bersisa tanpa ampun dan tanpa  belas kasiahan sedikitpun.
Tuhan ...bagaimanalah ini..???? Betapa murahnya hidup ini , kau takan dengar lagi cerita-ceritaku , kau dan aku hanya tinggal sepenggal kenang-kenangan indah, da semua yang indah saja.



Perih tak terkirakan, Tak terkatakan, maka disini tentu tak di tuliskan . Aku hanya ingin mengenang yang indah-indah saja tentangnya, linangan air mata , mata suram dan kepedihan yang dia torehkan untukku, betapa hebat aniaya yang bukan jadi haku sendiri diberikanya untuku hingga memadamkan sinar mataku, sungguh aku telah melupakanya, meski belum bisa, aku berjanji akan melupakanya. Ingat itu janjiku.

Aku memang tidak cerdas berfikir tapi hatiku ini masih bisa menerima kebenaran meski setitik. Lama juga ternyata aku bertaut dengan masa lalu yang keliru, dan sekarang  aku sadar sedang bertengger di muka bumi  dengan balutan rasa gelisah tak tentu arah kiblatnya.

Disaat seperti itu, aku perlahan sadar betapa rapuhnya diri yang sok tegar dan kuat tanpa bantuaNya. Teringat pada teman yang mengatakan, sahabat yang baik maka ia akan mengingatkan kita kepada Tuhan dan akan semakin membawa kita pada kehidupan yang positif, jauh dari aniaya, di saat itulah mata hatiku mulai bisa menerima kebenaran, Tuhan begitu lamanya aku jauh dari jalanMu.

Hasbunallah wanimal wakil , cukup Allah sebagai penolong dan Allah pula sebaik-baik  pelindung.

Allah, aku punya Tuhan Allah, wahai masalah datanglah dengan kesombonganmu, aku tak takut aku punya Allah.  Sombong sekali diriku, tidak aku hanya ingin berteduh pada cahyaNya yg suci.

Demi Allah yang maha Esa, sesungguhnya tidak disediakan jalan mudah  untuk menuju cintaMu, menitisnya air mata tatkala rindu, menitisnya air mata tatkala jauh. Namun janji Allah tetap segar dan mekar tanpa penghianatan karena aku tetap yakin.

Dan sekarang ini, aku benar-benar sungguh ikhlas melepasnya dan sabar akan ketentuan Nya, apapun itu. Ya Allah terserah Engkau sajalah !

Satu hal, aku tidak pernah menyesal mengenalnya, memberikan separuh hati ini untuknya, sungguh yang ditanamkanya memberikan efek positif pada diriku, aku dapat menyenyam ikhlas dan sabar, kuat dengan takdirMu, Terimakasih Pi.

Sekarang aku berdiri dari keterpurukanku, menggantikan hati yang telah pergi dengan sepotong hati yang baru, tidak ragu akau akan hal itu, Allah berpihak padaku.

Doa ku : Ya Allah sekiranya aku jatuh cinta, cintakanlah aku pada seseorang yang melabuhkan cintanya kepadaMu, agar bertambah kekuatanku untuk mencintaiMu. amiin.

Desember kelabu 2012, itu sudah cukup menjadi catatan sejarah kelabu dalam hidup ku, meski ini hanya setitik mengenai hati yang tidak terpaut cinta padaNya, sungguh keterlaluan manusia yang begitu sempurna mencintai dunia secara berlebihan padahal cinta yang hakiki hanya milik Illahi.

Meski begitu aku tanamkan dalam diriku, aku takan memutuskan tali silaturahim yang biasa di lakukan orang-orang ketika kasih sayang telah berkurang. Cintaku tetap seperti dulu, meski hal itu pernah aku lakukan beberapa kali tapi yakinlah itu sifatnya hanya sementara saja demi menjaga hatiku. Cintaku sungguh seperti MATAHARI yang tak pernah bosan menyinari bumi, memberi tak harap kembali.


Allah aku sungguh ridho dengan ketentuanMu, bimbinglah selalu hati ini.

Desember 2012, 06 pukul 23:01


LihatTutupKomentar