Cinta Bersemi di Taruna Melati

Alangkah lucunya kisah yang satu ini, ah tidak seperti itu lebih tepatnya romatis kali ya, entahlah belum ada nama yang tepat untuk urusan yang satu ini.

 Ipmawan dan Ipmawati adalah hal wajar jika pertemuan yang hanya beberapa hari bisa menelorkan sebuah sejarah baru, kisah baru, kisah spesial, cerita cinta tepatnya, wajar dan manusiawi. Entahlah kadang malu jika harus jujur dengan masalah perasaan, betapapun seseorang pandai berbohong tapi tidak untuk diri sendiri.

Lalu apalah hubunganya dengan judul di atas?
Alkisah ada cerita, satu, dua, bahkan banyak kisah cinta yang tercipta paska taruna melati. bagaimanalah, selesai perkaderan, dapet kembang pula.
Bunga-bunga cinta indah bersemi di antara harap cinta padaNya.

Sungguh tidak ada kata-kata yang tepat untuk menceritakan hal itu, tapi beberapa teman berargumen itu adalah dari bentuk menyelamatkan Ipmawati . dengan slogan nya yang terkenal
"kembang-kembangilah ikatan ini dan carilah kembang di ikatan ini".

Ada pengalaman yang menorehkan hikmah yang begitu mendalam, aku harus belajar dari pengalaman itu.
Salah satu indikator keberhasilan suatu kepemimpinan organisasi adalah ketika pemimpin itu bisa menelorkan pemimpin-pemimpin yang baru. Maka perkaderan dalam suatu organisasi menjadi sangat penting, demi mewujudkan harapan diatas.

Namun, apakah semuanya berjalan dengan sesuai yang diharapkan?? belum tentu kawan. Paska perkaderan harus ada yang namanya  follow up atau tindak lanjut, pendampingan secara kontinyu dan berkelanjutan. Maka disini akan dimulai masa yang ku sebut diatas. Ini bedasarkan beberapa pengalaman dari para sahabat, Mari kita memulainya:1...2..3..action...!!

Pada saat Taruna Melati, aku bertindak sebagai panitia pelaksana. Acara nasional itu berlangsung di daerahku. Pada saat itu aku menjadi sekretaris panitia, makanya aku sangat sibuk untuk mempersiapkan perkaderan tingkat nasional yang akan di ikuti oleh teman-teman dari seantaro Nusantara ini. Dalam hati, aku bangga, senang tiada terkata karena kami bisa menjadi tuan rumah acara akbar ini, karena semua itu merupakan salah satu prestasi pada masa kepemimpinan kami.

Maka berlangsunglah acara perkaderan tingkat paripurna itu di Bumi tersayang, bumi raflesia. Aku tidak terlalu fokus pada acara karena sudah ada yang menghandle. Aku sibuk dengan kesekretariatan. Aku juga tidak terlalu mengenal dekat para peserta yang datng jauh dari pulau antah berahtah itu. Hanya beberapa di antara mereka lobi-lobi-an dengan aku, beberapa di antaranya lobi mohon keringanan SWP ada juga lobi masalah hati, aduuh yang ini kacau, tak ku gubris.

10 hari berlalu begitu saja, kita lupakan masalah sangkutan de-el-el.

Selesai acara itu baru terasa , begitu hangat , akrab, beberapa peserta mulai intens komunikasi denganku. Maka karena kontinyu, lama dan sangat lama, semua di pupuk dengan ketulusan, kepercayaan, keindahan, semua tersa begitu dekat, melekat. Akhirnya....terpaut juga dengan cinta buta yang merajalela.

Cerita masa pendekatan alias pedekate itu ada ceritanya sendiri, gak perlu ku share disinilah, capek. Tapi intinya itu membawa barkah, pelajaran yang sangat berharga bagi ku.

Hidup itu akan bersinggungan dengan senang dan sedih yang datang dan pergi begitu cepat sekali. Harusnya, sewajarnya kita harus menjalaninya dengan yang sederhana saja dan apa adanya. Maka takan pernah ada yang namanya kesakitan akibat cinta yang berhenti di tengah jalan.

Okey..cinta itu kuyu, hanya sebaiknya tidak untuk saling menyakiti yang akan menciptakan permusuhan dan dampaknya, tentu pada organisasi yang sedang dibina ini.

Sungguh keterlaluan, begitulah manusia yang sangat mencintai dunia dan memetingkan hawa nafsunya.


Hanya saja menuntut kita untuk bisa membawa diri, bagaimanalah caranya, masih juga bertanya.

bersambung dulu deh besok lanjut again

LihatTutupKomentar