Mei 2016 |
"Mereka cacat secara ekonomi, terbuang dari komunitasnya, terpinggirkan dari keluarganya, Asing ditempatnya berdiri" Tulis siti pada diary usangnya yang hanya menyisakan beberapa halaman lagi. Tanganya masih mampu untuk mencoretkan tinta ke kertas putih itu namun kristal bening sudah tergenang dipelupuk matanya hingga membuat remang penglihatanya.
"Tuhan ajari aku agar tetap berdiri kokoh seperti pohon-pohon beringin yang tinggi menjulang tak pernah goyah diterpa angin" Lanjut Siti pada diary-nya. Kalimat yang tak sepadan dengan apa yang ditulisnya sejak awal. Hatinya begitu kalut saat ini. Jadi dia hanya menuliskan apa yang ada di benaknya. Seperti anak angin yang berhembus lembut menelisik didaun-daun jendela, ia terus menulis tak peduli butiran bening membanjiri kertas usang itu.
"Aku hanya ingin melihat senyum tulus tanpa aniaya dan dusta, bolahkan aku merayuMu meski aku selalu keliru demi memburu nafsu yang semu dan selalu tak bertemu."
"Betapa keras duniaku Tuhan" Kini kertasnya basah oleh tetesan yang terus membanjiri dari pelupuk matanya.