Kuliah Pranikah part bla bla bla...

Sekali lagi aku tegaskan, bahwa blog ini hanya untuk diriku sendiri. Just for fun. Karena zaman sudah berganti dulua diary sekarang blog. Jadi mohon maaf atas segala kekeliruan dan kekerungan.
Lok: Jembatan Barelang Batam

Hari ini tiba-tiba kegiatan diluar planingku banyak banget. Setelah ngawas ujian akhir semester anak-anak di MA Muhammadiyah Kreatif Al-Mubaarak. Aku bermaksud akan ke kampus I untuk menemui koordinator Pesantren Ramadhan UMB, yang mana aku terlibat didalam kepanitiaan. Tak enak rasanya sudah hampir seminggu belum ada mengerjakan job kepanitiaan. Maka langkah kakiku mentab untuk bertemu Kak Riswanto di tempat kerjanya Rektorat UMB.

Sebelumnya, aku sudah dihadang oleh anak laki-laki tanggung mungkin usianya sekitar 19 tahun. Dengan memakai baju katun bali, celana jean model cangcuters dan rambut cepak ditambah lagi dengan anting sebelah telinga kanan. Tentu membuatku terperangah dengan mantan aktifis IPM yang juga jebolan dari Pondok Pesantren ini.

Namanya Endang, setelah lulus SMA dia lebih memilih kerja daripada kuliah. Padahal saat itu dia sudah akan mengurus beasiswa di UMB. Entah setan mana yang merasukinya hingga dia lebih tergiur oleh uang. Akhirnya dia bekerja di Batam selama hampir setahun. Sudah aku tebak kepulangannya ini karena tidak betah disana. 

Sambil menunggu angkot sahabat kami dia berkisah . Alasanya memang masih cukup masuk akal karena disana lingkunganya sangat ekstrem sehingga dia menyerah dan sedikit keberuntungan karena masih ingat jalan pulang. Kehidupan malam yang glamor serta pergaulan bebas yang tanpa batas sudah di laluinya. Semua sudah dicicipinya mulai dari merokok, miras dan narkoba yang belum hanya main wanita.

Selama dia berkisah aku hanya bisa beristigfar, rasa jengkel, marah, mual bertumpu menjadi satu. Tapi memang jika aku marah bisa jadi dia tidak akan terbuka seperti ini. Maka untuk saat ini belum ada solusi yang tepat untuk dia kecuali soal sholat dan kejujuran.

Disepanjang jalan pikiranku masih terngiang, dia dulu anak binaanku yang paling manis dan baik akhlaknya sekarang begini rupanya. Tidak ada tempat yang baik untuk orang yang sholeh sekalipun kecuali diri sendiri yang harus mengendalikanya. Allahu akbar.

Sampai dikampus ternyata tujuan utamaku tidak tercapai, mendadak rapat bp2i untuk acara sosialisasi ketarjihan besok jumat. Tidak lama, yang lama setelah rapat dapat kuliah pranikah dari Bu Siti, Ust Rahmat, Pak Dedi, Bu Uswatun. Tuhan bagaimanalah aku harus mengelak dari semua jeratan dunia yang fana ini.

Kami sebagai seorang perempuan mengapa terasa begitu sulit, padahal kami ini adalah para konseptor sekaligus eksekutor. Loh ini ok di konseptor saja tapi giliran eksekutor kayak orang bego. Maklum masih berhimpitan dengan tembok malu yang tinggi menjulang.

Kata bu Siti " Eh sudah berapa umurmu?..gak boleh malu2 harus terbuka, kalau gak bisa cari sendiri biar dicarikan"
Aku terdiam

Kata Ust Rahmat " Dulu waktu sayo nikah usia 24 tahun dan hanya punya uang 34rb perak, sisanya kami serahkan kepada Allah, dan alhamdulillah rezeki Allah tidak pernah salah alamat"

Aku mendengar dan tersenyum

Kata Pak Dedi " Sini saya kasih tips memilih jodoh, pilihlah yang pas-pas-an, pas ada rumah, pas punya mobil, dan pas-pas yang lainya"

Kami seruangan tertawa. Dan ini belum selesai.
"Eh perempuan itu gak boleh loh sampai lebih dari 30, rawan" Bu Siti menambahi. 
Aku masih diam , menelan ludah, pahit.


 to be continue
LihatTutupKomentar