Catatan Yang tercecer 18 Maret 2014


Sweet Dream


“Jika kau bukan anak orang kaya atau anak raja maka menulislah”

Bukan karena disadarkan pada statement di atas, tapi bagiku menulis adalah mengeluarkan separuh beban yang memenuhi isi hati, isi otak , isi kepala, dan secara garis besar sebagian isi tubuh.

Ketika aku tidak bisa menuturkan secara lisan apa yang aku rasakan, maka menulislah obatnya. Mencoret-coretkan tinta hitam ke selembar kertas miliku kapanpun dan dimanapun tergantung mood dan akhirnya catatan itupun tercecer entah kemana-mana, diinjak sepatu orang berlalu lalang, bersama angin terbang atau masuk ke kotak sampah, entahlah.


Aku memilih kesibukan yang tekun dan terus menerus, hingga tanpa sadar diri sudah terjebak oleh rutinitas. Aku menjalaninya dengan enjoy saja.

Aku ingin berdialog dengan Tuhanku, mengadukan apa yang baru-baru ini ku gundahkan.

Aku ingin segera mengakhiri semua yang menjadi kegalauan. Sungguh. 


Cinta dalam diamku, haruskah kau tahu jika aku mencintaimu…?

Kurasa tidak…! Karena cinta itu tidak bisa terungkap agar bisa dilihat. Ia hanya bisa dirasa dalam hati. Bukan, bukan aku tak berani untuk mengurai…, tapi aku takut salah dalam menempatkannya, karena apa yang menurutku baik, belum tentu menurut tuhanku baik pula.

Cintaku hanya sebatas mata memandang dan telinga mendengar, biar begitu tak mengapa. Karena bagiku cinta itu bahasa hati bukan duniawi. Dan demi menjaga kehormatan perasaan , tunggulah sampai waktunya tiba direstui agama dan dicatat Negara.

Tapi aku mohon ya Tuhanku, aku ingin mengutuk perasaanku. Lunturkan pelan-pelan dan hilangkanlah rasaku untuk sahabatku sendiri. Bayangkan saja, sahabat terbaiku yang sudah banyak memberikan kebaikan dan kenyamanan dalam hidupku. Tapi lihatlah begini caraku membalas budi baiknya, tega sekali aku menzalimi hatiku sendiri dengan membiarkan mekar perasaan ini.

Tuhan sungguh ini bukan mauku, semua berawal dari mimpi sesat tertanggal 07 maret 2014. Meski aku tak begitu percaya dengan mimpi, tapi ketahuilah bahwa hidup berawal dari mimpi. Orang-orang besar memulainya dengan mimpi. Dan untuk urusan satu ini aku ingin mengabaikanya, mimpi adalah bunga tidur. Meski Mimpiku sangat indah, beautiful, and so romantic dan sangat jelas sekali, tak perlu di detailkan karena menyangkut norma.


Aku terjaga dari tidur,tersenyum dan hanya bisa menatap ruangan tidur, kosong dengan setengah perasaan tak percaya. Mimpi yang begitu menggelitik dan membuncahkan isi hatiku.

Dari situ aku mulai memikirkanya, memikirkan sahabatku dengan perasaan yang tak menentu. Bayanganya berkelebat disetiap aktifitasku. Dengan begitu aku menjadi galau tak menentu, barulah aku bercerita dengan seorang sahabat yang ku percaya.  Malah sahabatku itu bilang, jangan-jangan dia adalah jodoh ku.

Aku ingin berteriak saat itu. Lama-lama muncul perasaan malu, tidak pede dan mengurangi komunikasi dengan sahabat dalam mimpiku itu. Kurasakan diapun demikian. Lebih pendiam dan menjaga jarak, dulu tidak seperti itu. Aku tak ingin begini. Sungguh.


Hari demi hariku , demi di hinggapi mimpi-mimpi itu, semakin menukik jantungku, selalu menjadi beban pikiran tak kenal waktu, ketika aku ingin belajar, bekerja, tidur, dikamar mandipun.

Tak ada yang tahu, jika empat hari aku sakit, sakit kepala mungkin juga karena stress terlalu memikirkanya. Bagaimana tidak Ya Tuhan, Kau yang buat begini, aku tak kuasa apa-apa.

Aku tidak ingin terlalu cepat menyimpulkan, tapi setahuku ini adalah pertanda bunga asrama bermekaran sudah. Dan sahabatku yang lain mengatakan bawak tak ada cinta yang bertepuk sebelah tangan. Aku percaya karena di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin terjadi. Positif thingking dan percayalah.

Memang setiap disepertiga malamku selalu bermunajah untuk selalu dimudahkan rezeki dan jodoh.

Apakah itu jawaban dari doa-doaku.


Tuhan, aku menyiksa dan mencekam perasaanku dan mengatakan tidak untuk membina mimpi-mimpi masa depan dengan dia, sang sahabatku. Karena rumah tangga dasarnya adalah cinta. Dan beribu-ribu kali aku katakan tidak untuk mencintainya…!!! Tapi keinginan selalu berbanding terbalik dengan kenyataan dan kebutuhan.


Tuhan mungkin tidak akan mengabulkan semua keinginan kita tapi Tuhan akan memberikan apa yang kita butuhkan.


Tuhan maha tahu mana yang terbaik untuk hambaNya.

Ya tuhan terserah engkau sajalah…!!

Mimpi dengan orang yang sama sudah sekitar empat atau lima kali, aku lupa, tepatnya adalah  melupakan.


@@@@@@@@@@To Be Continue@@@@@@@@@@@

LihatTutupKomentar