Kuliti saja , atau lolosi saja kerangkaku, hingga tak lagi ku rasakan sakit dan pedih ini jika itu lebih baik Tuhanku. Apalah gunanya jika menatap dunia dengan hati yang tersayat-sayat. Tak terpujilah aku karena tak pandai bersyukur. Maka apa yang bisa diharapkan dari dunia yang fana ini.
Tuhan inginku memeluk cahaya cintaMu yang panas suci. Begini derita orang yang tiada guna, tak berguna bagi siapapun. Berlembar-lembar aku menulis tentang kepedihan hidup.
Tuhan bedosakan aku tak suka dengan sandiwara , sinetron yang di tampilkan di dunia ini, tidak. Aku kesendirian melalui jalan sepi, aku kesepian dalam kepedihan, aku kepedihan dalam luka yang mendera ini.
Tuhan, betapa sukarnya aku mensyukuri nikmat hidup yang layak yang kau berikan padaku. Aku nyilu ketika banyak orang yang begitu care, peduli padaku. Dalam kepedihan yang nyaris sempurna ini, air mata kadang tak bisa lagi ditahan, mengalir saja semaunya.
Kurang apalagi sejauh ini nikmat yang Engkau beri padaku, Nikmat sehat, ketentraman secara fisik dan materi, nikmat karena begitu banyak yang mencinkantaiku, menyayangiku, bahkan aku tak pernah susah-susah untuk mencari apa yang aku butuhkan. Semua seolah-olah sudah ada yang memenuhi kebutuhanku. Ketika teman-temanku dipersulit sebagian urusanya, aku begitu mudah sekali, ketika teman-temanku sulit mencari pekerjaan yang layak, aku begitu mudah saja, tawaran datang bertubi-tubi padaku, ketika orang-orang susah mencari cintanya, banyak cinta yang datang kepadaku, ketika mereka susah untuk terlelap dengan berbagai problemnya, aku selalu dipermudahnya.
T
Tuhan, aku begitu rapuh dalam ketidakmampuanku dalam embahagiankan orang tuaku. aku harus bagaimana?