SORRY, GAK ADA PULSA.

Mungkin Seseorang akan mudah untuk memaafkan,tapi tidak mudah untuk melupakan!

Bukan mau promosi

Pagi ini seperti sederet berpuluh-puluh pagi lainya, sama.  Namun, hari ini nampak begitu indah menawan, biru langit merona mempesona.
wahai alam apakah kau rindu padaku karna tlah lama bisu, juga tak pernah lagi senyum padamu.?
Duhai Tuhanku, aku tau,satu kepedihanku kau gantikan dengan sejuta keindahan.

Aku tersenyum, untuk pertama kali dalam tahun 2013 ini dengan menebar kemesraaan kepada anak-anak, satu dua dari mereka yang bersitatap di mushola, ruang makan, kamar, aku peluk mersa mereka. Ku bisikan ditelinganya yang sempat ku peluk, "Ukhibuki fiillah, Ummi cinta kamu karena Allah" dan mereka melepaskan pelukanku, menatapku lama-lamat, kemudian kembali memeluku dengan erat. Tidak biasa, dan itu indah.
semakin membuat perjalananku ke mabes indah, sseolah-olah semua tersenyum kepadaku. Tapi sebenarnya yang membuat indah dan hati berbunga-bunga bukan itu, bukan itu bahan dasarnya.

Keindahan kesenangan, keceriaanku, berubah sesaat ketika menerima pesan singkat dari Mr.A, jantungku tanpa sadar berdenyut juga, membuat aliran darah tak senada dengan perasaan yang tiba-tiba muncul, entah bagaimana aku menceritakanya, tapi isi pesan singkat itu, ya singkat saja, begini :

"apakah maaf itu ada akhirnya?"
Jantungku sempurna seperti mau melompat dari sarangnya, aku seimbangkan perasaan cukup dengan menelan ludah. pikiranku berkecamuk, meski demikian face mukaku tak boleh berubah, harus tetap biasa, ceria, tersenyum tanpa harus ada yang tahu apa yang berkecamuk di baliknya.

Aku ingin membalas pesan singkat itu, tapi jika aku menulis semuanya panjang karena aku ingin semuanya jelas, tanpa ada kesan menggurui apalagi merugikan orang lain alias dzalim, aku lupa ternyata aku sedang tidak ber-pulsa. Maka ku jawab pesan singkat itu melalui tulisan yang mungkin tak berarti apa-apa ini.Meski dia tak tahu tapi Tuhanku maha tahu.

Maka beginilah jawabanku,  :

Maaf, sementara waktu aku memang menghindar, bukan ingin memutuskan tali silaturahim kita, tapi ku pikir ini lebih baik, demi manjaga hatiku, agar tak terlalu tersakiti. Bahkan aku yang sudah banyak menyakitimu.

Maaf itu takan pernah berakhir, Manusia memang sudah keterlaluan mencintai dunia, dan terkadang menelurkan tuhan-tuhan kecil dalam dirinya, mengira dirinya punya otoritas. Allah saja sangat mudah mengampuni, mengapa tidak manusia untuk memaafkan khilaf, kesalahan orang yang menghujamkan peluru ke  antung hatinya sekalipun.

Mengapa meminta maaf begitu pilu, Aku tak ingin kau merasa bersalah, masa silam yang kau torehkan padaku tak semuanya keliru. Aku bisa belajar mengambil hikmahnya. Mungkin itu cara Allah menegurku dari kelalaian, agar lebih mengutamakan Dia daripada cinta-cinta lainya yang bersandar pada nafsu dunia belaka.

Janganlah risau.
Tuhan..... sungguh jika dia tahu aku telah memaafkanya meski dia tidak pernah memintanya, Sungguh dia akan memiliki ketentraman hati, apalagi jika selalu dekat denganMu.
Walaupun masih saja terbayang, entah bagaimana sampai hati juga ia hujamkan pisau belati itu tepat ke jantungku.

Sering aku di siksa  oleh pertanyaan: Mengapa dia bisa begitu tega? Apa salahku sehingga dia bisa begitu? APa yang ada di kepala seseorang lelaki? APa pertimbanganya bijak? Kecemasan? Keserakahan? atau sekedar dengungan? Sungguh aku tak mengerti. Namun, perlukah ku mengerti? Ku rasa tidak.

Yang ku perlukan adalah menghormati keputusanya, dan karena Tuhan telah menciptakan manusia dengan hati dan pikiran yang boleh punya jalan masing-masing, penghormatan seharusnya tidak memerlukan pengertian.

Akhirnya, akhir dari semua hal yang menyakitkan itu adalah keputusan yang memang seperti pil pahit yang ku telan juga, yaitu meng-IKHLAS-kanya. Aku tak dapat melihat bidadari itu tanpa rasa cemburu. Aku tak dapat melihat dia tanpa rasa patah hati. Hari-hari berikutnya aku bak mawar yang telah layu, seperti yang pernah dia katakan, aku masih sangat ingat seperti ini:

"Setelah menanti bunganya mekar, anak itu tak lama kemudian heran, mengapa bunganya layu. Hingga di hatinya, apakah bunga itu bagaikan teman terbaik tapi dusta?"
Apa makna tersirat yang sesungguhnya itu. Aku hanya mengira-ngira saja, karena tak tahu pasti, tapi aku tak ingin terjerembab pada kesesatan makna yang ambigu hingga menimbulkan su'udzon, naudzubillah.

Menerima pesan itu, lebih berkecamuk lagi hatiku melebihi saat ini, pikiranku mengambang ke mana-mana , mengembara ke negeri antah berantah, akhirnya aku menarik kesimpulan yang mungkin terlalu muda dan terlalu cepat, setelah beberapa hari ku jawab begini:

"Bunga yg kau bilang layu itu, nanti, suatu saat ia akan tmbuh mekar, indah bersemi, bahkan lebih indah dari yg kau tau selama ini, dan kau jangan prnah mnyesal telah membuangnya."

Setelah mengirim pesan itu, ada sesal di hatiku tiada banding.
Tuhanku, aku sedang tidak menghakimi seseorang, memang ku akui hatiku pilu, aku seperti perempuan kebanyakan yang dulu sok kuat dan tegar tanpa bantuanMu. Aku ini layaknya boneka, rapuh, beberapa waktu aku sempat terpuruk, terkenang lagi bagaimana ia menyadera perasaan ini.
tertambat juga, karena komunikasi yang intens, sungguh aku tak ingin menyalahkan kebodohan ini, tergoresnya hatiku, siapa yang peduli??

 ahh itu takan mengembalikan dia kepadaku. Sudah, aku sudah mengikhlaskanya, mencoba bersabar dengan segala ketentuanMu. sudah dari beberapa waktu lalu, aku sudah berdamai dengan kejadian beberapa bulan lalu, kau tidak usah mengingat-ingatnya, apalagi membahasnya, itu selain melukai perasaanmu sendiri, juga akan melukai orang lain.

 
Cintaku seperti Matahari yang selalu menyinari tak harap kembali, mengertilah. Aku tak mengharapkan balasanmu, setitikpun. bagiku  kau menggapai kebahagianmu itu sudah sangat menggembirakan.

Doaku : Ya Rabb ku jika aku salah maka tegurlah aku, Ya Allah aku tak rela Engkau terlalu lama membiarkan hati ini, hatinya berlarut-larut dalam dusta dan mengabaikan kebaikan yang Kau berikan. Maka jangan pernah segan untuk menegurnya karena :
Ya Allah Aku hanya ingin melihat orang-orang yang ku cintai berbahagia di atas cinta kepadaMu, bukan cinta selainMu,

Begitulah sedikit cacatanku, sorry  gak ada pulsa pi.

Link yang sama :http://buyonglotus.blogspot.com/2013/01/sabar-dan-ikhlas-betapapun-itu.html 
http://buyonglotus.blogspot.com/2013/01/jangan-menghakimi-seseorang-itu.html
http://buyonglotus.blogspot.com/2013/01/sekeping-hati-dibawa-berlari.html
http://buyonglotus.blogspot.com/2013/01/maafkan.html 

LihatTutupKomentar