Azaki Khoirudin |
Alhamdulillah
Muktamar XVIII Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) berlangsung dan sukses
terlaksana di bumi Sriwijaya tepatnya di Wisma Atlit Palembang, 25-29 November
2012 Miladiyah. Hal yang membanggakan ialah kegairahan yang luar biasa dari
peserta dari penjuru tanah air Indonesia. Jarak jauh tidak menjadi halangan, dari
naik pesawat, kereta api, bus, mobil, sepeda motor, dan jenis transportasi
lainnya. Muktamar IPM ke-18 sungguh monumental karena merupakan perhelatan akbar
permusyawaratan tertinggi menunjukan kegairahan syi’ar yang luar biasa. Tema
yang dibawa kali ini pun sangat urgen bagi kondisi pelajar Indonesia saat ini,
yaitu “Menumbuhkan Kesadaran Kritis, Mendorong Aksi Kreatif, untuk Pelajar
Indonesia yang Berkarakter”.
Pembukaan Muktamar pagi itu di
Stadion Sriwijaya Kota Pelembang member nuansa yang luar biasa. Palembang hari
itu menjadi lautan “Pena” sebagai simbol gerakan IPM yang berdasar pada
Al-Qur’an Surat Al-Qalam ayat 1, “Nuun, walqalami wamaa yasthuruun”. Sambutan
Ketua Umum IPM Ipmawati Danik Eka Rahmaningtiyas sungguh menggelora
membangkitkan semangat ber-IPM. Kemudian disusul oleh Ketua umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, ayahanda Prof. Dr. H. M. Din
Syamsudin memberikan sambutan juga membuka Muktamar, beliau berpesan supaya
kader-kader IPM tidak hanya menjadi “Laskar Pelangi” tetapi menjadi “Laskar
Zaman”. Setelah resmi dibuka, dilanjudkan sambutan pesan-pesan kebangsaan oleh
Ir. Hatta Rajaza selaku Menteri Koordinator Perekonomian, yang memaparkan tema
Muktamar kemudian dihubungkan dengan kondisi dunia dan Negara.
Krisis Figur Kepemimpinan dan Krisis
Tradisi Intelektual
Krisi figur kepemimpinanan tidak hanya melanda bangsa kita,
tetapi merambah pada organisasi kepelajaran yaitu IPM. Pada Muktamar ke-18, IPM
dihadapkan pada krisis figur yang akan menahkodai IPM ke depan. Namun, sebagai
organisasi dengan asas kolektif-kolegial IPM masih dapat terselamatkan. Karena,
keunggulan organisasi IPM hingga usianya melintasi setengah abad bukan terletak
kepada figur pimpinan atau personal, akan tetapi pada kekuatan organisasinya.
Sehingga pantas jika IPM menjadi OKP terbaik Nasional dan ASEAN. Pada periode
ini pun meski terjadi pergantian Ketua Umum Ipmawan Slamet Ahmad Nur Efendi
mengundurkan diri akibat sakit, kemudian digantikan oleh Ipmawati Danik Eka
Rahmaningtiyas tidak mengurangi progresifitas gerakan IPM dan organisasi tetap
dapat berjalan.
Sebuah prestasi yang luar biasa, jika sebagai organisasi, IPM
telah menjadi Organisasi Kepemudaan (OKP) terbaik Nasional dan ASEAN. Namun,
jika dilihat dari jendela tradisi pemikiran, IPM belum menghasilkan karya-karya
besar. Karena selama setengah abad energinya lebih banyak terkuras oleh
kerja-kerja administratif dan organisatoris. Hal ini nampak pada materi
Muktamar yang dinilai kurang serius digarap oleh tim materi, akhirnya pembahasan
materi Muktamar komisi A ditangguhkan dan dibentuklah Tim Tigabelas yang
dipercaya untuk membahas lebih dalam tentang landasan ideologis, paradigmatis,
dan filofofis gerakan IPM.
Ciri gerakan yang maju ialah ditandai oleh terdapatnya
perkembangan yang unggul dalam spirit, pemikiran yang Nampak pada system
gerakan. Menurut Haedar Nashir (2011: 229) sistem gerakan ialah hal yang
berkaitan dengan aspek-aspek nilai dan konsep, yang berkaitan dengan hal-hal
mendasar dalam sebuah gerakan. IPM sebagai gerakan pelajar harus ditandai oleh
sikap, pemikiran, dan paradigma gerakan yang unggul. Muktamar tidak hanya
menjadi wahana pemilihan pemimpin baru, tatapi bagaimana mendesain visi baru
gerakan IPM dan menguatkan ideologi gerakan.
Kini tantangan kemanusiaan semakin berat dan beragam di dunia
yang semakin terbelah, IPM tidak bisa lagi hanya mencurahkan perhatiannya pada
masalah internal yang bersifat administratif dan operasional organisatoris.
Sisi-sisi yang bernuansa filosofis, ideologis, dan paradigmatis melalui tradisi
pemikiran yang mendalam seharusnya menjadi agenda besar dalam muktamar kali
ini. Agar “Islam yang berkemajuan” yang menjadi trade mark dan ideologi IPM
menemukan wujud yang lebih kongrit. Ini menjadi evaluasi dan tugas besar
bersama seluruh kader dan agnnota serta elit pimpinan untuk meningkatkan
kualitas secara individu maupun kolektif.
Membangun Tradisi dan Visi Baru Gerakan
Syafi’I
Ma’arif dalam (Republika, 4/12/12) mengutip Fazlurahman mengatakan bahwa, “Sebuah
Islam yang tak mampu memberikan jawaban kepada persoalan-persoalan kemanusiaan,
tidak akan punya masa depan”. Begitupun IPM sebagai gerakan pelajar yang memperjuangkan
nilai-nilai mulia yang matang secara usia harus diimbangi dengan kematangan
secara pemikiran dan ideologi sebagai sistem gerakan. IPM harus memiliki
madzhab pemikiran yang mampu bertarung dan memiliki taring dan terdepan untuk
berbicara pada problem-problem sosial pelajar. Sebagai spirit api Islam yang
berkemajuan harus mempu melihat tantangan-tantangan baru yang senantiasa
berubah pada setiap zaman.
Jika kita melihat dunia saat ini, IPM dihadapkan pada tantangan
masa depan yang tidak ringan diantaranya: 1. Globalisasi (WTO, ASEAN Community,
APEC, CAFTA), 2. Masalah lingkungan hidup, 3. Kemajuan teknologi dan informasi,
4. Konvergensi ilmu dan teknologi, 5. Ekonomi berbasis pengetahuan, 6.
Kebangkitan industri kreatif dan budaya, 7. Pergeseran kekuatan ekonomi dunia,
8. Pengaruh dan imbas teknosains, 9. Mutu, investasi, dan trasnformasi pada
sekstor pendidikan. Selain itu, fenomena negatif, seperti: perkelahian pelajar,
narkoba, korupsi, plagiarisme, kecurangan dalam ujian, gejolak masyarakat
menjadi tantangan baru yang harus dipikirkan dan menjadi pekerjaan untuk segera
diatasi oleh IPM.
Masalah pendidikan di sekolah jika melihat persepsi masyarakat
tentang pelaksanaan pendidikan Indonesia, seperti: pendidikan terlalu menitik
beratkan pada aspek koknitif, beban siswa terlalu berat, dan Kurang bermuatan
karakter (Republika, 5/12/12). Hal ini jelas sekali IPM jangan terjebak pada
masalah teknis, administratif, dan organisatoris. Di tengah dunia pendidikan yang galau orientasi dan dunia
pelajar Indonesia diwarnai tawuran, selain prestasi yang menggembirakan,
kehadiran gerakan
IPM yang mencerdaskan dan
mencerahkan sangatlah dinanti. IPM khususnya penting untuk mempertajam fungsi
dan peranannya sebagai kekuatan pelajar Indonesia, yang memberi fondasi nilai
dan arah yang jelas sesuai tujuannya.
Bagi IPM saat ini menjadi sebuah tuntutan masa depan jika IPM
ingin tetap eksis melakukan gerakan, baik secara individu maupun kolektif IPM
harus memiliki antara lain: kemampuan bahasa (komunikasi), kemampuan berpikir
jernih dan kritis, kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu masalah, kemampuan
mencoba untuk menjadi lebih mengerti dan toleran terhadap pandangan yang
berbeda, kemampuan hidup dalam masyarakat yang menglobal, memiliki etos kerja
dan visi hidup, kemiliki kesiapan untuk bekerja (kreatifitas), memiliki
kecerdasan sesuai dengan minat bakat. Ini semua menjadi komitmen pasca Muktamar
ke-18.
Harapan besar kepada semua anggota, kader, dan elit pimpinan IPM
yang baru harus berkomitmen tinggi dan konsisten dalam menggerakkan IPM. Dalam
diri setiap anggota khususnya kader dan pimpinan terus mengalir gelora juang
sebagaimana bagian penting dari bait lagu Mars IPM Berjaya: “Berjuang dengan Sekuat Tenaga, Tegakkan
Islam yang Utama, Menjadi Kader yang Siap Sedia untuk Umat dan Bangsa”.
Bukan gelora ber-IPM yang sebaliknya, berkiprah seolah musiman dalam IPM, aktif
kalau menjelang Muktamar, setelah itu pergi tanpa pesan, kemudian tiba-tiba
dating kembali pada Muktamar berikutnya.
Bagi pimpinan yang memperoleh amanat Muktamar, setelah
perhelatan organisasi yang monumental pembahasan konsep gerakan yang serius
melalui evaluasi program-program dan pemilihan pimpinan yang baru, yang
dituntut adalah pembuktian komitmen melalui kerja-kerja nyata. Karena, amanah
bukan hanya sekedar hitungan suara dan kursi jabatan belaka, tetapi bagaiamana
mengurus IPM dengan sungguh-sungguh dan maksimal baik dikala lapang maupun
sempit. Sehingga, para pimpinan baru harus mengerahkan segala potensi diri
untuk memajukan, membesarkan, dan menjayakan IPM. Menjadikan IPM sebagai
organisasi sekaligus gerakan pelajar terbaik (khairu ummah).
Pasca Muktamar ke-18 Bumi Sriwijaya ialah pembuktian komitmen
para anggota, kader, dan pimpinan untuk membawa IPM sebagai sayap gerakan
pelajar yang fokus pada penyelesaian prolem-problem kemanusiaan pelajar dan pendidikan. Setelah perhelatan akbar
selesai, buktikan dengan kerja keras, kerja kolektif dan nyata serta optimal
sehingga tujua IPM yang sangat mulia mampu terwujud, yaitu “Terbentuknya pelajar muslim yang berilmu, berakhlak
mulia, dan terampil dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi
nilai-nilai ajaran Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang
sebenar-benarntya.” Seletah Muktamar harus segera bergerak dan bekerja aksi
kongkrit, sebagaimana Allah swt berKalam, “Faidza
faraghta fanshab wa ila rabbika farghab”, “Apabila kamu telah selesai dari
suatu urusan, maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain” (QS
Alam Nasyrah: 7-8). Wallahu A’lam.
*Anggota Bidang Perkaderan
PW IPM Jawa Timur, Mahasantri Program Pendidikan Kader Ulama Pimpinan Pusat
Muhammadiyah Pondoh Hajjah Nuriyah Shabran.