Itulah status fb ku pagi ini. Sebenernya mau aku tambahin jadi seperti ini
" Dia datang lagi dengan membawa senjata andalanya yang bernama cinta, sungguh memalukan, neg rasanya, miskin banget, NORAK lagi, begitu pendek pikiranya."
Tuhan, aku punya kuasa apa atas diri orang lain, tidak. Aku juga tidak merasa bahagia ketika ada seseorang yang berharap lebih hingga sampai merasa kusakiti. Sungguh itu bukan kemauanaku ya Rabb.
Aku benar-benar tak habis pikir jika begitu mudah oragng-orang silih berganti datang dan pergi sesuka hati saja. Apakah karena aku begitu rapuh? begitu mudah memberi harapan? tidak juga. Aku paham dengan sikap orang-orang yang banyak berharap, jika sudah seperti itu maka sedapat mungkin kan ku jauhi ia.
Sekali lagi bukan karena ingin memutuskan tali silaturahim, itu bukan tipeku. Tapi demi kemaslahatan dan menjaga hatiku, maka hal itu ku simpulkan lebih baik.
Tapi dengan yang ia, di pulau sulawesi itu. Ahh...aku begitu tak tau harus bagaimana, biar seperti air yang mengalir saja. Meski aku tak lagi membalas semua psannya, dia begitu pandai mengambil hati ini, mencuri hati ini yang tlah terbiasa tanpa dirinya.
Aku tidak pernah merasa senang , bahagia ketika mereka mengaku sakit , tersakiti dan apalah namanya. Tapi tahukah, apakah mereka juga peduli dengan persaan kita, ku rasa tidak, never!
Tapi itulah yang seperti sahabatku bilang, kebaikan apapun tak perlu diumbar-umbar dan itulah paduan antara sabar dan ikhlas. Keduanya akan menjadi energi besar dan pada akhirnya akan membuat kita menjadi pemenang kehidupan. Soal pahala? tak usah risau, biar Allah saja yang mengaturnya. Bukan begitu?
Aku ingin sekali, STOP, tak usah lagi ,menghubungi aku. Sudah ku katakan beribu-ribu kali. Karena sudah terlalu sering ku sampaikan hingga malah sering pula dia punya bnyak siasat dan alternatif jika pesan2nya tak ku gubris.
Ahh...bodoh aku ini, begitu banyak kesempatan, berkali-kali lipat , tapi tak pernah aku hiraukan. Masa bodoh dengan usiaku, masa bodoh dengan apa yang mereka katakan dengan gadis tua yang tak laku-laku. Jika mereka tahu, bahkan untuk berfikir tentang itu saja mereka takan sampai hati. Dan juga jika meereka tahu ada orang yang selalu merinduiku setiap saat, tanpa ku ketahui selama ini. Harus bagaimana aku menyikapinya???
Bahkan sebagian dari mereka sudah berbicara tentang mimpi-mimpi masa depan.
Aku bukan seperti gadis kebanyakan yang dengan begitu mudah memberikan hati dengan pria sekalipun idamannya.
Karena aku merasa lebih baik begini ,seperti ini, tak ada yang menyesaki dadaku, yang lalu biarlah itu dulu, aku memang gampang marah gampang pula ramah. Artinya maaf itu sangat mudah didapat dariku, bagaimanapun, tapi jangan pula seenaknya selalu menyakitiku.
Sudahlah, tidak baik mengungkit yang buruk-buruk masa lalu itu, cukup yang indah-indah saja, tapi jika begitu caramu. Bahkan hal itu seperti cara orang yang berjiwa kriminil bahkan tak berpendidikan seperti pada masa kegelapan dulu.
Aku benar-benar ingin menentramkan hati tanpa gangguan siapapun. Pliss mengertilah, jangan ganggu aku dengan gaya Norak mu itu.
Setiap hari selalu ada sepuluh menit waktuku yg tersita olehmu. Lima mnit awal kuhabiskan untk mengingatmu, setiap menarik ingatan itu agar beralih pd segala selain kamu, sia sia. Tidak ada apa apa selain ketakutan, kesendirian, dan bayangan suram, tentang aku yg tak mampu memenuhi janji.
Kehilangan kamu adl pintu yg kupilih, agar di ruang lain aku menemukanmu sbg yg abadi. Aku tak akan bertanya di antara reruntuhan janji kita. Tidak bertanya mngapa janji itu rubuh dan kemana para pemilik janji itu pergi. Aku jg tdk mencari apkah bnar jnji itu runtuh krna aku yg salah mnjga kekukuhanya shgga diperlakukan spt ini. Aku jga takan berharap suatu ketika kau akan kembali.
Kamu tak perlu risau. Aku sadar diri. Aku kehilangan kamu, di sebuah tempat rahasia, yg kamu namai masa depan. Tak apalah, kamu tidak salah, aku juga. Harapanku, kita tulus saling merelakan . Dan, kita rela saling meninggalkan . Itu saja cukup. Dengan begitu luka tak perlu menjadi penghuni baru di rongga dada kita.
Aku tidak pernah merasa senang , bahagia ketika mereka mengaku sakit , tersakiti dan apalah namanya. Tapi tahukah, apakah mereka juga peduli dengan persaan kita, ku rasa tidak, never!
Tapi itulah yang seperti sahabatku bilang, kebaikan apapun tak perlu diumbar-umbar dan itulah paduan antara sabar dan ikhlas. Keduanya akan menjadi energi besar dan pada akhirnya akan membuat kita menjadi pemenang kehidupan. Soal pahala? tak usah risau, biar Allah saja yang mengaturnya. Bukan begitu?
Aku ingin sekali, STOP, tak usah lagi ,menghubungi aku. Sudah ku katakan beribu-ribu kali. Karena sudah terlalu sering ku sampaikan hingga malah sering pula dia punya bnyak siasat dan alternatif jika pesan2nya tak ku gubris.
Ahh...bodoh aku ini, begitu banyak kesempatan, berkali-kali lipat , tapi tak pernah aku hiraukan. Masa bodoh dengan usiaku, masa bodoh dengan apa yang mereka katakan dengan gadis tua yang tak laku-laku. Jika mereka tahu, bahkan untuk berfikir tentang itu saja mereka takan sampai hati. Dan juga jika meereka tahu ada orang yang selalu merinduiku setiap saat, tanpa ku ketahui selama ini. Harus bagaimana aku menyikapinya???
Bahkan sebagian dari mereka sudah berbicara tentang mimpi-mimpi masa depan.
Aku bukan seperti gadis kebanyakan yang dengan begitu mudah memberikan hati dengan pria sekalipun idamannya.
Karena aku merasa lebih baik begini ,seperti ini, tak ada yang menyesaki dadaku, yang lalu biarlah itu dulu, aku memang gampang marah gampang pula ramah. Artinya maaf itu sangat mudah didapat dariku, bagaimanapun, tapi jangan pula seenaknya selalu menyakitiku.
Sudahlah, tidak baik mengungkit yang buruk-buruk masa lalu itu, cukup yang indah-indah saja, tapi jika begitu caramu. Bahkan hal itu seperti cara orang yang berjiwa kriminil bahkan tak berpendidikan seperti pada masa kegelapan dulu.
Aku benar-benar ingin menentramkan hati tanpa gangguan siapapun. Pliss mengertilah, jangan ganggu aku dengan gaya Norak mu itu.
Setiap hari selalu ada sepuluh menit waktuku yg tersita olehmu. Lima mnit awal kuhabiskan untk mengingatmu, setiap menarik ingatan itu agar beralih pd segala selain kamu, sia sia. Tidak ada apa apa selain ketakutan, kesendirian, dan bayangan suram, tentang aku yg tak mampu memenuhi janji.
Kehilangan kamu adl pintu yg kupilih, agar di ruang lain aku menemukanmu sbg yg abadi. Aku tak akan bertanya di antara reruntuhan janji kita. Tidak bertanya mngapa janji itu rubuh dan kemana para pemilik janji itu pergi. Aku jg tdk mencari apkah bnar jnji itu runtuh krna aku yg salah mnjga kekukuhanya shgga diperlakukan spt ini. Aku jga takan berharap suatu ketika kau akan kembali.
Kamu tak perlu risau. Aku sadar diri. Aku kehilangan kamu, di sebuah tempat rahasia, yg kamu namai masa depan. Tak apalah, kamu tidak salah, aku juga. Harapanku, kita tulus saling merelakan . Dan, kita rela saling meninggalkan . Itu saja cukup. Dengan begitu luka tak perlu menjadi penghuni baru di rongga dada kita.