Dua tahun aku di sini. Banyak cerita yang telah terekam dalam
memori otakku. Waktu dua tahun bukanlah waktu yang lama, namun bukan
pula waktu yang singkat. Ada banyak pengalaman yang kudapatkan dalam
waktu dua tahun itu. Walaupun masih mencoba untuk terus belajar memahami
sekolah alam yang sesungguhnya dan meskipun masih banyak yang harus
kami pelajari dan benahi untuk menjadi sekolah alam yang sejati, namun
lukisan-lukisan indah itu tidak akan pernah hilang dalam ingatanku. Aku
bersyukur bisa memahami konsep pendidikan yang mencerahkan, membebaskan
dan mengasyikkan yang seolah mendobrak stigma pendidikan yang buram,
butek, nggak asyik, dan terkekang dengan nomeklatur-nomeklatur usang
ketinggalan zaman yang ku dapat di bangku kuliah. Yah Sekolah inilah
sejatinya tempat kuliah dan belajarku sesungguhnya tentang hakikat
pendidikan, tentang anak-anak dan tentang anak berkebutuhan khusus.
Aku ingin memperkenalkan kelasku dengan para sahabatku semua. Kelasku
bukanlah kelas mewah. Atapnya rumbia berlantai papan. Anak-anak tidak
mendapat bangku sekolah seperti biasa. Hanya meja kecil seperti yang ada
di TPQ dengan alas tikar. Di bagian belakang ada meja kecil yang penuh
berisi buku dan kertas hasil karya anak-anak ataupun kumpulan soal. Di
sekolahku nama sesa di ambil secara pertema dan tema sesa untuk tahun
ini adalah nama tarian daerah di Indonesia. Kebetulan aku yang
ditugaskan untuk memegang kelas VI. Ku beri nama kelasku dengan nama
“Zapin Melayu” karena tarian ini memiliki sejarah khas tentang
penyebaran Islam di tanah melayu. Oh ya tanpa banyak basa-basi aku
perkenalkan dahulu para penghuni Sesa Zapin Melayu ini (kecuali diriku
loh),
Lisna Junita, S.Si (Ummi Lisna)
Ummi
Lisna demikianlah ia biasa di panggil. Enerjik, memiliki rasa tanggung
jawab yang tinggi serta tegas dan disiplin. Mungkin terlalu banyak sisi
positif yang ia miliki dibandingkan aku. Ia adalah partnerku dalam
mengajar di kelas VI ini. Hal ini bisa dilihat saat kami memfasilitasi
anak-anak untuk outing ke luar kota dan mempersiapkan segalanya saat
anak-anak kemah semi live in di desa Batu Layang Bengkulu Utara serta
Survival untuk para guru Sekolah Alam. Walau sebagai wanita yang tegas,
ia memiliki hati yang lembut dan cinta dengan anak-anak. Sebenarnya aku
dan partnerku ini bergabung menjadi tenaga pengajar disini dalam waktu
bersamaan. Namun aku baru mengenal pribadinya selama aku di Bogor untuk
tugas magang di School of Universe. Walau tubuhnya kecil mungil jangan
dipandang enteng. Tenaganya luar biasa. Pernah dia mengangkat meja
sendirian dari kantor ke kelasku yang berjarak lebih kurang seratus
meter dengan medan menurun seperti jurang. Kata yang sering keluar dari
mulutnya adalah “Wah pak ternyata anak-anak……….”
Adrian Fernando (Nando)
Sebel
dan kesal demikianlah kesan pertama orang-orang ketika bertemu
dengannya. Bagaimana tidak ia begitu doyan berbicara sampai orang
sekitarnya bosan untuk mendengarnya. Siswaku yang luar biasa ini di
diagnosis Grahita Ringan golongan C yang memang salah satu cirinya
adalah suka berbicara. Ia tidak bisa mengikuti pelajaran di kelas.
Mentok kalau di ajari matematika, buntu juga jika dipaksa belajar
bahasa. Tapi jangan anggap Nando tak punya kelebihan apapun. Pernah
ketika kami ingin Outing ke kebun Strawbery di curup, untuk menambah
pendanaan kelas kami pun berjualan. Dengan kemampuannya bernegosiasi
meyakinkan pembeli, Nando berhasil menjual habis dua kotak makanan
ringan berbentuk wafer dalam waktu setengah jam dengan harga dua kali
lipat dari harga normal. Ia pun anak yang disiplin. Disiplin apapun
bentuknya. Datang paling awal dan sholat jamaah paling dahulu tiba di
Mushala. Dialah muadzin sekolah kami karena seringnya ia adzan. Kata
yang sering keluar dari mulutnya adalah “Pak Hardi… Pak Hardi tadi tu
kan aku gini…….”
Fadhil Asandi (MasFadhil)
Mas
Fadhil demikianlah kami memanggilnya. Sosoknya pendiam dan jarang
berbicara. Namun sekali dia berbicara ada kesan wibawa yang membuat
seluruh kelas terdiam. Jangan Tanya soal matematika padanya karena
matanya lebih suka melihat huruf dari pada angka. Ya, anak kami yang
satu ini memang adalah anak berkebutuhan khusus (Autis). Jika sahabat
bertemu dengannya tak akan ada tanda-tanda ia adalah anak berkebutuhan
khusus. Kepala sekolah kami tak henti-hentinya bersyukur melihat
kemajuan Mas Fadhil. Tak ada lagi mas Fadhil yang suka ngamuk-Ngamuk,
tak ada Mas Fadhil yang tak bisa mengendalikan Emosi. Semuanya hilang
tinggal kenangan yang tersisa ketika ia duduk di kelas 3. Bacaannya
mungkin lebih tinggi dia dibandingkan kita semua Sob. Bayangkan buku
Sirah Nabawiyah Syaikh Saffiyurrahman Al-Mubarakfuri aja khatam ia baca,
Tanya seputar sejarah Islam dengannya pasti ia tahu. Papanya pernah
cerita bahwa ia pernah baca buku tentang filsafat agama. Tanya saja dia
tentang isi buku yang ia baca, ia akan menjawab dengan tepat semua
pertanyaan kita. Yang paling ku ingat dari Mas Fadhil adalah ketika ia
menjawab soal yang yakin ia bisa, maka ia akan tebalkan huruf di lembar
jawaban. Namun jika ia tak bisa ia akan menipiskan huruf di lembar
jawaban.
Rissabela Eprilia Gunawan (Epril)
“Bapak
ni Nggak Asyik…!” Itulah ucapan yang paling kuingat. Epril memang
anaknya tomboy dan ceplas-ceplos, Jutek dan suka ngomelin
teman-temannya. Walau dia seperti itu dia adalah anak yang paling
pengertian dengan teman-temannya dan paling jujur. Satu orang saja
temannya yang tidak masuk maka ia kan bertanya. Dan jika ada teman yang
sakit dia dahulu yang akan berkata “Yuk Pak kita jenguk”. Dia ahli dalam
menulis puisi dan mengarang. Selain itu ia paling semangat untuk
belajar. “Ayo pak kasih soal lagi biar ku cari jawabannya” demikianlah
ucapan Epril yang sering kutimpali dengan senyuman
Fadhlurrahman Afif (Afif)
Sang
multi talenta demikianlah mungkin ia bisa disebut. Dalam masalah
pelajaran ia lahap habis dengan hasil yang baik dan memuaskan. Diminta
untuk nyanyi maka semua orang akan terpana dengan suaranya yang indah
dan tinggi, tantangan outbound dia jagonya. Sepak bola apalagi, sholat
tak pernah ia ketinggalan lima waktu jamaah di masjid. Keinginannya
untuk menjadi nomor satu terkadang membuatnya tidak bisa menerima
kekalahan. Selalu riang gembira walaupun banyak masalah yang terkadang
ia hadapi.
Annisa Humaira (Ira)
“Siapa
nama Bapak Koperasi Indonesia?” dengan PEDE dan seolah tak berdosa ia
tulis huruf besar-besar di kertas jawabannya “SUMARGIT”. Kisah itu
selalu saja membuat kami tertawa melihat tingkah Ira. Ketika ditanya
“kamu dapat inspirasi jawaban dari mana , Ra?” ia dengan santainya
berkata “Nggak tahu Pak, apa yang ada dalam pikiranku itulah yang ku
tulis”. Lahir dari keluarga yang taat dengan islam, Ira ketika di kelas
enam ini mencoba untuk memakai cadar di sekolah. Tapi seringkali tidak
ia pakai “Kenapa nggak di pakai cadarnya Ra?” maka ia akan menjawab
dengan tersenyum dan tersipu malu
Naufal Sunni Faros Panggabean (Naufal)
Nah
anak yang satu ini cita-citanya pengen jadi Hafidz (penghafal Qur’an).
Udah dua juz ia hafalkan secara mandiri di rumah dengan bantuan sang
Mama tercinta. Di Sekolah pun ketika disuruh menghafal ayat dia akan
semangat untuk mengikutinya. Saingan terberatnya adalah Afif. Walau
terlihat sebagai Rival, namun kami juga menemukan mereka saling
muroja’ah hafalan. Baby Face, Photogenic apalah itu namanya yang jelas
tampak mukanya seperti cover boy jika di foto. Badannya memang kecil dan
imut. Tapi kalau disuruh menggiring bola dia jagonya. Slow but sure
itulah Naufal. Tak pernah terburu-buru dan sabar. Hasilnya? Best Job !
Khataira Suci Ramadhani
“Asyiiiiik
aku di gendong Pak Hardi” itulah celotehan Tata. Padahal ia dari
belakang langsung melompat ke pundakku. “Tata, Tata udah kelas berapa ?”
kalau aku sudah bertanya seperti itu dia akan reflex melepaskan
gendongannya di bahuku dan akan cengengesan. Manja mungkin itulah yang
nampak dari Tata. Namun justru perhatian yang lebih dari seorang yang
bernama ayahlah yang ia cari. Kalau suatu saat saya menggodanya dengan
bertanya “Bagaimana kalau Pak Hardi pindah ke kelas I?” ia akan cepat
menjawab “ Kami pindah juga Pak, Pak Hardi kan Bapak kami”. Peningkatan
yang pesat dari Tata dapat terlihat di kelas VI ini. Kesadaran belajar
mandirinya tumbuh secara luar biasa. Ia seolah ingin tunjukkan pada
Mamanya bahwa ia bisa, ia bisa dan ia bisa.
M. Farhan Beqy Firnanda (Beqy)
Ada
lagi pertanyaan seperti ini, masih seputar Koperasi “Apa fungsi
Koperasi?” salah seorang anak menjawab dalam kertas jawabannya “Untuk
memanggil nama siswa yang di jemput lewat speaker”. Saya tertawa
terpingkal-pingkal mendengar cerita Pak Osa, Guru Beqy waktu kelas empat
itu. Jawabannya benar loh kok ? karena dahulu koperasi sekolah kami
memiliki dua fungsi. Yang pertama fungsi sebagaimana layaknya koperasi,
fungsi kedua ketika jam telah menunjukkan pukul 14.00 WIB, guru piket
akan memanggil nama anak lewat pengeras suara yang diletakkan di
koperasi sekolah itu. Jika ada anak paling sok tahu di kelas dialah
orangnya. Namun ia adalah mediator yang baik ketika teman-temannya
terlibat konflik. Kata –kata yang sering ia keluarkan adalah “Saya tahu
pak….”
Prilsy Casandra (Ichi)
“Pokoknya Pak Hardi dan Umi Lisna jadi guru kami lagi ya waktu SMP” Kata Ichi suatu saat.
“Loh, kan nanti SMP nya kita udah nggak satu sekolah lagi?” Kataku menimpali
“Nggak, pokoknya aku mau masuk SMP alam” Katanya serius
“SMP alam kan belum ada?” tanyaku menguji
“Minta ummi Atik buat ya pak, please” katanya memelas
Percakapan
inilah yang kuingat dari seorang Ichi. Setelah itu bersama temannya
Velin ia berbicara seputar konsep SMP alam yang ia inginkan. Lucu,
mendengarnya berbicara. Konsepnya sederhana dan bahasa anak-anak sekali
namun itulah gejolak jiwa anak-anak yang menginginkan pendidikan terbaik
bagi diri mereka sendiri. Saat ini, anak sering di dikte orang tua
untuk ikut pilihan Papa dan Mamanya. Namun di Sekolah ini, siswa selalu
diajarkan untuk memilih dan siap menanggung resiko.
Ichi,……. Aku
sering memanggilnya Ichigho Kurosaki (Tokoh utama dalam manga jepang
“Bleach”). Walau anak tunggal, namun ia mampu bertindak dewasa, tidak
cengeng namun sedikit manja. Kemandiriannya dapat kami lihat ketika ia
menyelesaikan persoalan di kelas maupun di luar kelas. Pribadinya yang
akrab dalam bersahabat membuat semua orang di kelas menyukai Ichi. Kata
yang sering keluar dari mulutnya adalah “iiiih Pak Hardi nih…”
Diaz Fikri Zahran (Mas Diaz)
Jika
ada siswa yang belajar tak bisa diam dan selalu ingin bergerak
kesana-kemari itulah siswa kami Diaz. Demikianlah kecerdasan kinestetik
yang telah dianugerahkan Tuhan untuknya. Kadangkala saat waktu istirahat
tiba dengan gerak tubuh (gesture)nya, ia mampu menghadirkan suatu
adegan yang lucu membuat kelas menjadi terbahak-bahak. Yang paling
sering ia lakukan adalah menirukan gerak teman-temannya, cara jalan
teman-temannya dan tindakan konyol lainnya. Ia ibarat comedian Charlie
Chaplin yang tidak mengeluarkan suara namun bisa membuat orang tertawa.
Comedian yang jenius. Orang-orang Sanksi jika Diaz bisa menangkap
pelajaran dengan gayanya yang cuek dan super, duper tak bisa diam
tenang. Namun ketika ditanya justru ia yang lebih paham dari
teman-temannya. Apalagi jika ia melakukan pembelajaran dan eksperimen
sains. Wuih disanalah ia akan muncul sebagai seorang pemimpin yang tak
kehabisan ide.
Qorina Islamia (Mbak Wik)
Kalem,
tenang, tak banyak bicara itulah pribadi Mbak Wik. Sopan dan santunnya
begitu ia jaga. Tak suka dengan segala hal yang berkaitan dengan konflik
dan lebih suka untuk mengalah. Bahasa inggrisnya juga luar biasa. Di
rumah ia lebih sering menonton film bahasa inggris tanpa ada teks
terjemahan. Tak salah ia jadi orang uang paling jago dalam mata
pelajaran itu. Ia juga seorang tipe pemikir yang handal. Jika ingin
melihatnya berpikir dewasa maka lihatlah jawabannya ketika ditanya
tentang cita-citanya. Sambil mesem-mesem ia akan menjawab “jadi dokter
sekaligus pengusaha pak” ketika ditanya “kenapa?” ia akan menjawab “Jadi
dokter saya bisa menolong orang yang sakit, jadi pengusaha saya bisa
menolong orang yang miskin” jawaban yang lahir dari kebeningan hati
anak-anak.
Rafly M Kautsar (Afi)
Sederhana,
terbuka dan sedikit sensitive, itulah ananda kami Rafly. Jika menjawab
soal ia akan menjelma menjadi pribadi yang super serius dibandingkan
ketika ia bermain dengan teman-temannya. Rafly tidak suka dengan hal –
hal yang dibuat-buat ataupun berbohong untuk menutupi kesalahannya. Ia
lebih menyukai dirinya dengan cara apa adanya, seolah berkata “inilah
aku pak”. Jika Saya ataupun Ummi Lisna memberikan wejangan, pastilah
Rafly menjadi orang pertama yang menitikkan air mata. Hatinya lembut
sekali dan mudah menerima kebenaran.
Velincia Putri (Cece)
“Oke, apakah kalian melihat ada ladang amal di halaman kelas kita ?” tanyaku pada suatu hari
Seorang
anak perempuan langsung memungut sampah-sampah yang berserakan dengan
diikuti satu persatu dengan teman-temannya. Velin atau Cece demikianlah
ia biasa disapa. Suka sekali untuk beramal dan mencintai kebersihan.
Pernah juga suatu hari saat bermain LCT di kelas untuk menguji kemampuan
anak-anak menghadapi UN, ada pertanyaan seperti ini :
“ Sebutkan bunyi pasal 33 ayat 3 !”
Spontan ia menjawab….
“Nggak tahu pak, dari pada ngapalin undang-undang lebih bagus kita hapalin Qur’an”
Terharu
aku mendengarnya. Pribadinya dewasa sekali. Namun kalau soal makan…..
wah wah wah lama dan sedikit sekali ia menyentuh bekal yang Mamanya
telah persiapkan.
Ahmad Syihan Fathan
Teman-temannya
memanggilnya Fathan, tapi aku lebih senang memanggilnya Syihan seperti
kedua orang tuanya memanggilnya. Syihan baru bergabung bersama kami di
bangku kelas enam ini. Siswa asal aceh ini telah menapaki beberapa
daerah di pulau Sumatera dari Aceh hingga Bangka Belitung dan terakhir
terdampar di Bengkulu. Ia begitu mudah bergaul sehingga tak butuh waktu
lama untuk beradaptasi dan diterima oleh anggota kelasnya. Syihan adalah
salah satu saksi hidup tragedy dahsyat yang melanda Banda Aceh dan
sekitarnya. Ia juga tak segan berbeda pendapat dengan kami gurunya
terutama dalam pelajaran matematika. Memang pada hakikatnya kami akan
sangat senang jika ada anak yang berbeda pendapat dengan kami.
Bersambung ke bagian 2