ANTARA AKU, SISWAKU DAN SESA ZAPIN MELAYU BAGIAN I

HARDIANSYAH
Oleh HARDIANSYAH

Dua tahun aku di sini. Banyak cerita yang telah terekam dalam memori otakku. Waktu dua tahun bukanlah waktu yang lama, namun bukan pula waktu yang singkat. Ada banyak pengalaman yang kudapatkan dalam waktu dua tahun itu. Walaupun masih mencoba untuk terus belajar memahami sekolah alam yang sesungguhnya dan meskipun masih banyak yang harus kami pelajari dan benahi untuk menjadi sekolah alam yang sejati, namun lukisan-lukisan indah itu tidak akan pernah hilang dalam ingatanku. Aku bersyukur bisa memahami konsep pendidikan yang mencerahkan, membebaskan dan mengasyikkan yang seolah mendobrak stigma pendidikan yang buram, butek, nggak asyik, dan terkekang dengan nomeklatur-nomeklatur usang ketinggalan zaman yang ku dapat di bangku kuliah. Yah Sekolah inilah sejatinya tempat kuliah dan belajarku sesungguhnya tentang hakikat pendidikan, tentang anak-anak dan tentang anak berkebutuhan khusus.
            Aku ingin memperkenalkan kelasku dengan para sahabatku semua. Kelasku bukanlah kelas mewah. Atapnya rumbia berlantai papan. Anak-anak tidak mendapat bangku sekolah seperti biasa. Hanya meja kecil seperti yang ada di TPQ dengan alas tikar. Di bagian belakang ada meja kecil yang penuh berisi buku dan kertas hasil karya anak-anak ataupun kumpulan soal. Di sekolahku nama sesa di ambil secara pertema dan tema sesa untuk tahun ini adalah nama tarian daerah di Indonesia.  Kebetulan aku yang ditugaskan untuk memegang kelas VI. Ku beri nama kelasku dengan nama “Zapin Melayu” karena tarian ini memiliki sejarah khas tentang penyebaran Islam di tanah melayu. Oh ya tanpa banyak basa-basi aku perkenalkan dahulu para penghuni Sesa Zapin Melayu ini (kecuali diriku loh),

Lisna Junita, S.Si (Ummi Lisna)
Ummi Lisna demikianlah ia biasa di panggil. Enerjik, memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi serta tegas dan disiplin. Mungkin terlalu banyak sisi positif yang ia miliki dibandingkan aku. Ia adalah partnerku dalam mengajar di kelas VI ini. Hal ini bisa dilihat saat kami memfasilitasi anak-anak untuk outing ke luar kota dan mempersiapkan segalanya saat anak-anak kemah semi live in di desa Batu Layang Bengkulu Utara serta Survival untuk para guru Sekolah Alam. Walau sebagai wanita yang tegas, ia memiliki hati yang lembut dan cinta dengan anak-anak. Sebenarnya aku dan partnerku ini bergabung menjadi tenaga pengajar disini dalam waktu bersamaan. Namun aku baru mengenal pribadinya selama aku di Bogor untuk tugas magang di School of Universe. Walau tubuhnya kecil mungil jangan dipandang enteng. Tenaganya luar biasa. Pernah dia mengangkat meja sendirian dari kantor ke kelasku yang berjarak lebih kurang seratus meter dengan medan menurun seperti jurang. Kata yang sering keluar dari mulutnya adalah “Wah pak ternyata anak-anak……….”

Adrian Fernando (Nando)
Sebel dan kesal demikianlah kesan pertama orang-orang ketika bertemu dengannya. Bagaimana tidak ia begitu doyan berbicara sampai orang sekitarnya bosan untuk mendengarnya. Siswaku yang luar biasa ini di diagnosis Grahita Ringan golongan C yang memang salah satu cirinya adalah suka berbicara. Ia tidak bisa mengikuti pelajaran di kelas. Mentok kalau di ajari matematika, buntu juga jika dipaksa belajar bahasa. Tapi jangan anggap Nando tak punya kelebihan apapun. Pernah ketika kami ingin Outing ke kebun Strawbery di curup, untuk menambah pendanaan kelas kami pun berjualan. Dengan kemampuannya bernegosiasi meyakinkan pembeli, Nando berhasil menjual habis dua kotak makanan ringan berbentuk wafer dalam waktu setengah jam dengan harga dua kali lipat dari harga normal. Ia pun anak yang disiplin. Disiplin apapun bentuknya. Datang paling awal dan sholat jamaah paling dahulu tiba di Mushala. Dialah muadzin sekolah kami karena seringnya ia adzan. Kata yang sering keluar dari mulutnya adalah “Pak Hardi… Pak Hardi tadi tu kan aku gini…….”

Fadhil Asandi (MasFadhil)
Mas Fadhil demikianlah kami memanggilnya. Sosoknya pendiam dan jarang berbicara. Namun sekali dia berbicara ada kesan wibawa yang membuat seluruh kelas terdiam. Jangan Tanya soal matematika padanya karena matanya lebih suka melihat huruf dari pada angka. Ya, anak kami yang satu ini  memang adalah anak berkebutuhan khusus (Autis). Jika sahabat bertemu dengannya tak akan ada tanda-tanda ia adalah anak berkebutuhan khusus. Kepala sekolah kami tak henti-hentinya bersyukur melihat kemajuan Mas Fadhil. Tak ada lagi mas Fadhil yang suka ngamuk-Ngamuk, tak ada Mas Fadhil yang tak bisa mengendalikan Emosi. Semuanya hilang tinggal kenangan yang tersisa ketika ia duduk di kelas 3. Bacaannya mungkin lebih tinggi dia dibandingkan kita semua Sob. Bayangkan buku Sirah Nabawiyah Syaikh Saffiyurrahman Al-Mubarakfuri aja khatam ia baca, Tanya seputar sejarah Islam dengannya pasti ia tahu. Papanya pernah cerita bahwa ia pernah baca buku tentang filsafat agama. Tanya saja dia tentang isi buku yang ia baca, ia akan menjawab dengan tepat semua pertanyaan kita. Yang paling ku ingat dari Mas Fadhil adalah ketika ia menjawab soal yang yakin ia bisa, maka ia akan tebalkan huruf di lembar jawaban. Namun jika ia tak bisa ia akan menipiskan huruf di lembar jawaban.

Rissabela Eprilia Gunawan (Epril)
“Bapak ni Nggak Asyik…!” Itulah ucapan yang paling kuingat. Epril memang anaknya tomboy dan ceplas-ceplos, Jutek dan suka ngomelin teman-temannya. Walau dia seperti itu dia adalah anak yang paling pengertian dengan teman-temannya dan paling jujur. Satu orang saja temannya yang tidak masuk maka ia kan bertanya. Dan jika ada teman yang sakit dia dahulu yang akan berkata “Yuk Pak kita jenguk”. Dia ahli dalam menulis puisi dan mengarang. Selain itu ia paling semangat untuk belajar. “Ayo pak kasih soal lagi biar ku cari jawabannya” demikianlah ucapan Epril yang sering kutimpali dengan senyuman

Fadhlurrahman Afif (Afif)
Sang multi talenta demikianlah mungkin ia bisa disebut. Dalam masalah pelajaran ia lahap habis dengan hasil yang baik dan memuaskan. Diminta untuk nyanyi maka semua orang akan terpana dengan suaranya yang indah dan tinggi, tantangan outbound dia jagonya. Sepak bola apalagi, sholat tak pernah ia ketinggalan lima waktu jamaah di masjid. Keinginannya untuk menjadi nomor satu terkadang membuatnya tidak bisa menerima kekalahan. Selalu riang gembira walaupun banyak masalah yang terkadang ia hadapi.

Annisa Humaira (Ira)
“Siapa nama Bapak Koperasi Indonesia?” dengan PEDE dan seolah tak berdosa ia tulis huruf besar-besar di kertas jawabannya “SUMARGIT”. Kisah itu selalu saja membuat kami tertawa melihat tingkah Ira. Ketika ditanya “kamu dapat inspirasi jawaban dari mana , Ra?” ia dengan santainya berkata “Nggak tahu Pak, apa yang ada dalam pikiranku itulah yang ku tulis”. Lahir dari keluarga yang taat dengan islam, Ira ketika di kelas enam ini mencoba untuk memakai cadar di sekolah. Tapi seringkali tidak ia pakai “Kenapa nggak di pakai cadarnya Ra?” maka ia akan menjawab dengan tersenyum dan tersipu malu

Naufal Sunni Faros Panggabean (Naufal)
Nah anak yang satu ini cita-citanya pengen jadi Hafidz (penghafal Qur’an). Udah dua juz ia hafalkan secara mandiri di rumah dengan bantuan sang Mama tercinta. Di Sekolah pun ketika disuruh menghafal ayat dia akan semangat untuk mengikutinya. Saingan terberatnya adalah Afif. Walau terlihat sebagai Rival, namun kami juga menemukan mereka saling muroja’ah hafalan. Baby Face, Photogenic apalah itu namanya yang jelas tampak mukanya seperti cover boy jika di foto. Badannya memang kecil dan imut. Tapi kalau disuruh menggiring bola dia jagonya. Slow but sure itulah Naufal. Tak pernah terburu-buru dan sabar. Hasilnya? Best Job !
Khataira Suci Ramadhani
“Asyiiiiik aku di gendong Pak Hardi” itulah celotehan Tata. Padahal ia dari belakang langsung melompat ke pundakku. “Tata, Tata udah kelas berapa ?” kalau aku sudah bertanya seperti itu dia akan reflex melepaskan gendongannya di bahuku dan akan cengengesan. Manja mungkin itulah yang nampak dari Tata. Namun justru perhatian yang lebih dari seorang yang bernama ayahlah yang ia cari. Kalau suatu saat saya menggodanya dengan bertanya “Bagaimana kalau Pak Hardi pindah ke kelas I?” ia akan cepat menjawab “ Kami pindah juga Pak, Pak Hardi kan Bapak kami”. Peningkatan yang pesat dari Tata dapat terlihat di kelas VI ini. Kesadaran belajar mandirinya tumbuh secara luar biasa. Ia seolah ingin tunjukkan pada Mamanya bahwa ia bisa, ia bisa dan ia bisa.

M. Farhan Beqy Firnanda (Beqy)
Ada lagi pertanyaan seperti ini, masih seputar Koperasi “Apa fungsi Koperasi?” salah seorang anak menjawab dalam kertas jawabannya “Untuk memanggil nama siswa yang di jemput lewat speaker”. Saya tertawa terpingkal-pingkal mendengar cerita Pak Osa, Guru Beqy waktu kelas empat itu. Jawabannya benar loh kok ? karena dahulu koperasi sekolah kami memiliki dua fungsi. Yang pertama fungsi sebagaimana layaknya koperasi, fungsi kedua ketika jam telah menunjukkan pukul 14.00 WIB, guru piket akan memanggil nama anak lewat pengeras suara yang diletakkan di koperasi sekolah itu. Jika ada anak paling sok tahu di kelas dialah orangnya. Namun ia adalah mediator yang baik ketika teman-temannya terlibat konflik. Kata –kata yang sering ia keluarkan adalah “Saya tahu pak….”

Prilsy Casandra (Ichi)
“Pokoknya Pak Hardi dan Umi Lisna jadi guru kami lagi ya waktu SMP” Kata Ichi suatu saat.
“Loh, kan nanti SMP nya kita udah nggak satu sekolah lagi?” Kataku menimpali
“Nggak, pokoknya aku mau masuk SMP alam” Katanya serius
“SMP alam kan belum ada?” tanyaku menguji
“Minta ummi Atik buat ya pak, please” katanya memelas
Percakapan inilah yang kuingat dari seorang Ichi. Setelah itu bersama temannya Velin ia berbicara seputar konsep SMP alam yang ia inginkan. Lucu, mendengarnya berbicara. Konsepnya sederhana dan bahasa anak-anak sekali namun itulah gejolak jiwa anak-anak yang menginginkan pendidikan terbaik bagi diri mereka sendiri. Saat ini, anak sering di dikte orang tua untuk ikut pilihan Papa dan Mamanya. Namun di Sekolah ini, siswa selalu diajarkan untuk memilih dan siap menanggung resiko.
Ichi,……. Aku sering memanggilnya Ichigho Kurosaki (Tokoh utama dalam manga jepang “Bleach”). Walau anak tunggal, namun ia mampu bertindak dewasa, tidak cengeng namun sedikit manja. Kemandiriannya dapat kami lihat ketika ia menyelesaikan persoalan di kelas maupun di luar kelas. Pribadinya yang akrab dalam bersahabat membuat semua orang di kelas menyukai Ichi. Kata yang sering keluar dari mulutnya adalah “iiiih Pak Hardi nih…”

Diaz Fikri Zahran (Mas Diaz)
Jika ada siswa yang belajar tak bisa diam dan selalu ingin bergerak kesana-kemari itulah siswa kami Diaz. Demikianlah kecerdasan kinestetik yang telah dianugerahkan Tuhan untuknya. Kadangkala saat waktu istirahat tiba dengan gerak tubuh (gesture)nya, ia mampu menghadirkan suatu adegan yang lucu membuat kelas menjadi terbahak-bahak. Yang paling sering ia lakukan adalah menirukan gerak teman-temannya, cara jalan teman-temannya dan tindakan konyol lainnya. Ia ibarat comedian Charlie Chaplin yang tidak mengeluarkan suara namun bisa membuat orang tertawa. Comedian yang jenius. Orang-orang Sanksi jika Diaz bisa menangkap pelajaran dengan gayanya yang cuek dan super, duper tak bisa diam tenang. Namun ketika ditanya justru ia yang lebih paham dari teman-temannya. Apalagi jika ia melakukan pembelajaran dan eksperimen sains. Wuih disanalah ia akan muncul sebagai seorang pemimpin yang tak kehabisan ide.


Qorina Islamia (Mbak Wik)
Kalem, tenang, tak banyak bicara itulah pribadi Mbak Wik. Sopan dan santunnya begitu ia jaga. Tak suka dengan segala hal yang berkaitan dengan konflik dan lebih suka untuk mengalah. Bahasa inggrisnya juga luar biasa. Di rumah ia lebih sering menonton film bahasa inggris tanpa ada teks terjemahan. Tak salah ia jadi orang uang paling jago dalam mata pelajaran itu. Ia juga seorang tipe pemikir yang handal. Jika ingin melihatnya berpikir dewasa maka lihatlah jawabannya ketika ditanya tentang cita-citanya. Sambil mesem-mesem ia akan menjawab “jadi dokter sekaligus pengusaha pak” ketika ditanya “kenapa?” ia akan menjawab “Jadi dokter saya bisa menolong orang yang sakit, jadi pengusaha saya bisa menolong orang yang miskin” jawaban yang lahir dari kebeningan hati anak-anak.

Rafly M Kautsar (Afi)
Sederhana, terbuka dan sedikit sensitive, itulah ananda kami Rafly. Jika menjawab soal ia akan menjelma menjadi pribadi yang super serius dibandingkan ketika ia bermain dengan teman-temannya. Rafly tidak suka dengan hal – hal yang dibuat-buat ataupun berbohong untuk menutupi kesalahannya. Ia lebih menyukai dirinya dengan cara apa adanya, seolah berkata “inilah aku pak”. Jika Saya ataupun Ummi Lisna memberikan wejangan, pastilah Rafly menjadi orang pertama yang menitikkan air mata. Hatinya lembut sekali dan mudah menerima kebenaran.

Velincia Putri (Cece)
“Oke, apakah kalian melihat ada ladang amal di halaman kelas kita ?” tanyaku pada suatu hari
Seorang anak perempuan langsung memungut sampah-sampah yang berserakan dengan diikuti satu persatu dengan teman-temannya. Velin atau Cece demikianlah ia biasa disapa. Suka sekali untuk beramal dan mencintai kebersihan. Pernah juga suatu hari saat bermain LCT di kelas untuk menguji kemampuan anak-anak menghadapi UN, ada pertanyaan seperti ini :
“ Sebutkan bunyi pasal 33 ayat 3 !”
Spontan ia menjawab….
“Nggak tahu pak, dari pada ngapalin undang-undang lebih bagus kita hapalin Qur’an”
Terharu aku mendengarnya. Pribadinya dewasa sekali. Namun kalau soal makan….. wah wah wah lama dan sedikit sekali ia menyentuh bekal yang Mamanya telah persiapkan.

Ahmad Syihan Fathan
Teman-temannya memanggilnya Fathan, tapi aku lebih senang memanggilnya Syihan seperti kedua orang tuanya memanggilnya. Syihan baru bergabung bersama kami di bangku kelas enam ini. Siswa asal aceh ini telah menapaki beberapa daerah di pulau Sumatera dari Aceh hingga Bangka Belitung dan terakhir terdampar di Bengkulu. Ia begitu mudah bergaul sehingga tak butuh waktu lama untuk beradaptasi dan diterima oleh anggota kelasnya. Syihan adalah salah satu saksi hidup tragedy dahsyat yang melanda Banda Aceh dan sekitarnya. Ia juga tak segan berbeda pendapat dengan kami gurunya terutama dalam pelajaran matematika. Memang pada hakikatnya kami akan sangat senang jika ada anak yang berbeda pendapat dengan kami.

Bersambung ke bagian 2
LihatTutupKomentar