Dalam kehidupan modern, sering kali manusia sibuk mengejar gemerlap dunia. Rumah diperluas, kendaraan ditambah, perhiasan diperbanyak. Namun, di tengah kesibukan itu, kita sering lupa bahwa kebahagiaan sejati bukanlah dari apa yang tampak di luar, melainkan dari apa yang bersemayam di dalam hati.
Rasulullah ﷺ menjadi teladan terbaik dalam hal ini. Beliau adalah pemimpin besar, manusia paling mulia, dan kekasih Allah. Namun, kehidupannya jauh dari kemewahan dunia. Rumah beliau sangat sederhana, terbuat dari tanah dan pelepah kurma. Makanan beliau sering hanya sepotong roti kering atau segelas air. Bahkan, berhari-hari dapur beliau tidak berasap karena tidak ada yang bisa dimasak.
Meski begitu, hati Rasulullah ﷺ selalu lapang dan kaya. Beliau tidak pernah mengeluh, tidak pernah merasa kurang, dan selalu bersyukur atas apa yang Allah berikan. Inilah yang disebut dengan kemewahan hati. Hati yang penuh syukur menjadikan hidup sederhana terasa nikmat. Hati yang penuh kasih sayang membuat orang lain merasa aman berada di dekatnya.
Kesederhanaan Nabi ﷺ bukan tanda kekurangan, melainkan cermin kebesaran jiwa. Beliau mengajarkan bahwa kemuliaan tidak diukur dari banyaknya harta, tingginya jabatan, atau indahnya penampilan. Kemuliaan yang sejati lahir dari hati yang bersih, sabar, ikhlas, dan selalu mengingat Allah.
Bagi kita umatnya, kesederhanaan bukan berarti miskin atau tidak boleh memiliki harta. Kesederhanaan adalah sikap hati yang merasa cukup dengan apa yang ada, tidak diperbudak oleh keinginan, dan selalu mendahulukan kebutuhan di atas keinginan. Dengan sikap ini, kita bisa menikmati hidup tanpa harus iri kepada orang lain.
Kekayaan sejati adalah ketika hati dipenuhi rasa syukur, bukan ketika dompet penuh harta. Sebaliknya, kemiskinan sejati adalah hati yang tidak pernah puas, walaupun segala fasilitas dunia sudah dimiliki. Karena itu, mari kita belajar untuk sederhana dalam penampilan, tetapi kaya dalam jiwa.
Kesederhanaan Nabi ﷺ adalah pelajaran bahwa dunia ini hanya sementara. Semua yang kita kejar pada akhirnya akan ditinggalkan. Namun, hati yang bersih, amal yang tulus, dan cinta kepada Allah akan menemani kita sampai akhirat.
Semoga Allah menanamkan dalam diri kita sikap sederhana seperti Nabi, serta memberikan kepada kita hati yang mewah dengan syukur, sabar, dan kasih sayang. Dengan begitu, hidup kita akan lebih tenang, bermakna, dan diberkahi.

