Seperti seorang lakon dalam sebuah drama yang belum tentu berakhir bahagia dengan episode yang selalu bersambung. Aku dapatkan semua yang aku mau, apapun itu, keluarga yang sangat menyayangiku, sahabat yang selalu ada untukku, keayuan yang di padukan dengan ke anggunan sopan santun , cinta datang dengan pesonanya yang amat ku suka, semuanya ku suka, ku buat sesuka hati. akulah sang pemenangnya. ku buat semauku, mata hati ku buta seketika, jika boleh ku pendam dan kubur hidup-hidup bisa saja semua itu terjadi, hanya hati ini selalu dipelihara dari hal-hal seperti itu, belum jaga sadar rupanya.
ahh itu bukan gambaran yang tepat tentang diri hina ini. Betapa tidak, hati yang gersang ini butuh setetes embun yang akan membuatnya bertahan untuk terus melanjutkan sebuah kehidupan yang begitu kejam dan keterlaluan karena bagitu amat cintanya pada fatamorgana dunia yang fana. mencari hidayahMu...kemana?
ku biarkan saja langkah kaki membawa tubuh ini terus berjalan, tanpa tujuan. Gambaran hidup seorang yang keropos akan masa depan. atau lebih tepatnya tidak memiliki masa depan?
terpuruk aku dalam emosi sesaat, labil tiada obat. entahlah, lagi-lagi kata-kata itu yang membuat semua orang semakin yakin tak punya tujuan, kemanalah mencari cinta kasihMu.
di atas sajadah yang ku bentang, dalam setiap sujud ku melantunkan permohonan yang entah keberapa rupa jadinya. lihat saja jejak langkah yang sudah kau tempuh belakangan itu, kenangan masa suram, tak ubahnya seorang nahkoda kapal yang kehilangan kompas. entahlah
sudahlah aku penat dengan skenario kehidupan yang teramat kejam ini.
"Hidayah Allah SWT tidak akan jauh-jauh dari orang-orang yang tekun berikhtiar, berdoa dan tawakkal"
cacatan seorang yang mengatas namakan dirinya seorang pendosa.