Lelah sekali mengajak hati berdamai dengan kejadian beberapa bulan terakhir. Sungguh ya Rabbku aku sangat yakin bahwa Engkau tidak akan membebankan ujian yang tak sanggup hambaMu mengembannya. Mi sudah pada titik kritis, titik paling dasar, hati ini lelah, gersang, kosong, haus akan kasih sayangMu. Menyesal selalu datangnya di akhir. kini takan mi biarkan siapapun merusak cintaku padaMu ya Rabbku. its my promise
Mi sudah dapat tepat di jantung hatinya, puas tak terkirakan, egois tak telambangkan, terserah orang mau berkata apa, yang penting aku bahagia, itulah perkataanku beberapa waktu lalu, oh belum terlalu lama masih ada jejak, bekas 11 november 2012, masih hangat bukan?. tapi syukur selalu terlantun dari hati yang gersang ini, Allah menjaga diri ini untuk tidak menoreh luka di hati para ijal itu. hatiku di jaga untuk selalu menebar kebaikan meski itu sangat menyakitkan sekalipun, bisa saja Mi langsung melesatkan busur panah ke jantung hati mereka dan seketika itu mereka akan berteriak, semaput misalnya, hancur, galau yang berkepanjangan dan luruh hatinya dan pada endingnya akan menimbulkan kebencian yang taiada tara. apakah benar benci dan cinta itu betis ya. wallau'alam.
Sekali lagi, si Ijal dkk hanyalah untuk di sayangi bukan untuk di miliki, karena meski hati terpaut dengan itu, lantunan butir-butir doa yang selalu mi panjatkan adalah memohon yang terbaik dari seorang yang selalu berharap kebaikan dalam hidupnya, maka sebenarnya doa itu adalah sebentuk ketidak yakinan dan ketidak syukuran dengan yang telah di miliki saat ini.
Dan yang jelas Mi gak mau galau dengan apa yang ijal-ijal bergentayangan itu perlakukan terhadap diri mi. Mi tak ingin jatuh hati kepada siapapun, mi kondisikan hati ini, dan Mi bisa, Mi lah sang Pemenang nya. Namun, jika si Ijal-ijal itu jatuh hati pada Mi , itu urusan mereka, biarlah untuk sementara Mi egois karena satu alasan Mi hanya ingin menjaga cinta dengan Rabb saja, secara mereka juga bukan kekasih halal.
Memutuskan tali silaturahim, mungkin itu yg terbaik untuk sementara waktu. itu ternyata pikiran kolot, seorang muslim yang memutuskan tali silaturahim, maka dia tidak akan mencium wangi syurga, naudzubillah.
Ternyata Mi bukanlah wonder women,hati ini bukan besi dan baja hingga mudah di sentuh dan di sakiti misalnya, hingga tak di pungkiri, hati merasa kekosongan, hampa, kesepian, ah entahlah, jiwa-jiwa yang haus akan kasih sayangnya, ini selalu bermohon untuk meneteskan sebutir air dari telaga kautsar, untuk mendinginkan hati yang panas.
Tuhan entahlah sampai kapan ini terjadi, yang Mi sadari sekarang haus akan kasih sayangMu.
Mi sudah dapat tepat di jantung hatinya, puas tak terkirakan, egois tak telambangkan, terserah orang mau berkata apa, yang penting aku bahagia, itulah perkataanku beberapa waktu lalu, oh belum terlalu lama masih ada jejak, bekas 11 november 2012, masih hangat bukan?. tapi syukur selalu terlantun dari hati yang gersang ini, Allah menjaga diri ini untuk tidak menoreh luka di hati para ijal itu. hatiku di jaga untuk selalu menebar kebaikan meski itu sangat menyakitkan sekalipun, bisa saja Mi langsung melesatkan busur panah ke jantung hati mereka dan seketika itu mereka akan berteriak, semaput misalnya, hancur, galau yang berkepanjangan dan luruh hatinya dan pada endingnya akan menimbulkan kebencian yang taiada tara. apakah benar benci dan cinta itu betis ya. wallau'alam.
Sekali lagi, si Ijal dkk hanyalah untuk di sayangi bukan untuk di miliki, karena meski hati terpaut dengan itu, lantunan butir-butir doa yang selalu mi panjatkan adalah memohon yang terbaik dari seorang yang selalu berharap kebaikan dalam hidupnya, maka sebenarnya doa itu adalah sebentuk ketidak yakinan dan ketidak syukuran dengan yang telah di miliki saat ini.
Dan yang jelas Mi gak mau galau dengan apa yang ijal-ijal bergentayangan itu perlakukan terhadap diri mi. Mi tak ingin jatuh hati kepada siapapun, mi kondisikan hati ini, dan Mi bisa, Mi lah sang Pemenang nya. Namun, jika si Ijal-ijal itu jatuh hati pada Mi , itu urusan mereka, biarlah untuk sementara Mi egois karena satu alasan Mi hanya ingin menjaga cinta dengan Rabb saja, secara mereka juga bukan kekasih halal.
Memutuskan tali silaturahim, mungkin itu yg terbaik untuk sementara waktu. itu ternyata pikiran kolot, seorang muslim yang memutuskan tali silaturahim, maka dia tidak akan mencium wangi syurga, naudzubillah.
Ternyata Mi bukanlah wonder women,hati ini bukan besi dan baja hingga mudah di sentuh dan di sakiti misalnya, hingga tak di pungkiri, hati merasa kekosongan, hampa, kesepian, ah entahlah, jiwa-jiwa yang haus akan kasih sayangnya, ini selalu bermohon untuk meneteskan sebutir air dari telaga kautsar, untuk mendinginkan hati yang panas.
Tuhan entahlah sampai kapan ini terjadi, yang Mi sadari sekarang haus akan kasih sayangMu.