Jodoh Yang di Rindukan

“Akbar serius ingin melamar Mbak”
Jantungku sempurna nyaris berhenti berdegup. Ku bacai lagi isi pesan singkat itu, apa mungkin dia sedang bergurau. Laki-laki macam apapula dia hanya berani lewat sms, tapi demi rasa penasaran ku balas juga pesanya.
“Kamu serius?” balasku
“Serius karena Allah SWT”
Jantungku masih berdebar, tak mau diajak berdamai dengan isi pesan barusan. Allahu Akbar. Ada apa ini, berharap jodoh dunia akhirat tapi yang datang?. Pikiranku berkecamuk.  Namun, diantara jantung yang berdebar, hati yang mengkerut terdapat bunga yang bermekaran jauh didasar hati. Kutatap cermin lebih lama dari biasanya dan menatap perempuan sederhana yang tidak cantik didepanku, entah atas dorongan apa perempuan itu tersenyum dengan kembaranya dicermin.
Malam itu aku tak berhenti bermunajah kepadaNya, larut dalam balutan cinta kepadaNya, rindu akan bermesraan denganNya dan luahan cinta yang tak mampu kutampung sendiri tanpaNya. “Apakah ini jawaban dari doa-doa hamba? Ya Allah tapi mengapa dia? Yang usianya dibawahku, kerja belum mantab, penghasilan pas-pas-an, rumah belum punya, modal nikah belum cukup, masih kuliah dan yatim piatu pula?. Ini  ujian dariMu atau hadiah dariMu ya Allah?”.
            Pikiranku berkelebat, mengumpulkan semua puing-puing yang berserakan, menyatukan yang berpendaran, mencoba mengilhami apa yang baru saja ku alami. Ini memang bukan mimpi, aku harus yakin bahwa ini dunia nyata bukan maya. Maka sesekali aku cubit juga lenganku. Jika sudah bersinggungan dengan urusan seperti ini aku tidak bisa diam, maka aku WA sama salah seorang sahabat terpercaya dalam hal satu ini, sahabat lama yang kini sedang studi magister di IPB.
            “Allahu Akbar serius mbak, subhanallah, Mbak semoga dia benar jodoh Mbak”
            “ Mbak masih kaget wik, Mbak belum percaya”
“Mbak sholat istikharah gih, Mbak kan paling pandai kalao nasehatin Riwi soal seperti ini, pokoknya Mbak lebih paham”  kata Riwi bersemangat
“Lalu apa yang harus Mbak lakukan?”
“Ya Allah Mbak, langkah kongkrit dong, kalo dia udah ngajak ketemu sama orang tua Mbak, yaudah Mbak komunikasikan dengan ortu, gimana respon mereka, Riwi rasa dia ini benar-benar jodoh Mbak, ya Allah Mbak so sweet banget, gimana dia bilang ke Mbak nya?”
            Demi rentetan pertanyaan seperti ini aku gagal focus, yang mana harus dijawab terlebih dahulu.
“Mbak suka gak sama dia?” pertanyaan Riwi ini akan susah dijawab.
“Mbak jawab pertanyaan riwi dong, Mbak mau sekarang atau lima tahun lagi, inget umur mbak 28 tahun loh” dan WA pun berakhir.

            Soal menikah bukan hanya menyelamatkan usia, tetapi ini adalah moment sacral, masa depan yang cukup sekali saja dilakukan. 


to be continue

LihatTutupKomentar