A Girl With A Broken Heart

Aku harus menyibukan diri, membunuh dengan tega setiap kerinduan itu hadir. Berat sungguh. Tapi daripada membuat hatimu lagi, berdarah-darah.


“Kau membunuh setiap pucuk perasaan itu. Tumbuh satu langsung kau pangkas. Bersemi satu langsung kau injak? Menyeruak satu langsung kau cabut tanpa ampun? Kau tak pernah memberi kesempatan. Karena itu tak mungkin bagimu? Kau malu mengakuinya walau sedang sendiri..Kau lupa, aku tumbuh menjadi dewasa seperti yang kau harapkan. Dan tunas-tunas perasaanmu tak bisa kaupangkas lagi. Semakin kau tikam, dia tumbuh dua kali lipatnya. Semakin kau injak, helai daun barunya semakin banyak.” 
― Tere LiyeDaun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin


“Kau tidak harus minta maaf. Meskipun seharusnya kau tahu, sehari setelah kau memutuskan pergi, aku telah membujuk hatiku agar tegar. Tetapi percuma. Menyakitkan. Semua itu membuat sesak. Kalimat itu mungkin benar, ada seseorang dalam hidupmu yang ketika ia pergi, maka ia juga membawa sepotong hatimu. Alysa, kau pergi. Dan kau bahkan membawa lebih dari separuh hatiku.” 
― Tere LiyeSepotong Hati Yang Baru


Mungkin aku hanya sekedar panik dengan luka yang masih basah berdarah-darah. Heran saja mengapa dengan usia sudah segini tetapi tidak juga bisa mengendalikan diri dari emosi.

Setelah berhasil move on dari BBM, sekarang aku harus menon aktifkan akun facebook ku. Intinya tak ada dunia yang aman untuk aku bisa berdamai dengan semua masa lalu yang keliru.

Istirahat sejenak dan menikmati kenyataan pedih ini. Maaf untuk semua yang terluka oleh roman yang belum tentu berakhir bahagia ini.

Disaat didera luka, datang obat penawar, harusnya aku sembuh tetapi malang obat justru pergi ketika sedang bereaksi.


LihatTutupKomentar