Aku dan Tetralogi Bumi Manusia

Catatanku tentang Tetralogi Roman Bumi Manusia


Cover Lam
Aku termasuk orang udik, wong ndeso, selalu ketinggalan informasi alias katrok. Apalagi dengan ilmu pengetahuan sekarang ini, bener-bener malu deh kalo di adu sama temen-temen di luaran sana.
Ini tentang kisahku dengan Tetralogi Roman Bumi Manusia,yang sudah ada dari berpuluh-puluh tahun yang lalu tapi aku baru tahu dari info Rumah Kaca,bari tahu kemarin sore  mari kita mulai saja:

Alkisah, aku merebut sebuah buku yang sedang ditimang-timang oleh dosenku. Judulnya Ruma Kaca.
Aku memang selalu tertarik dengan yang namanya Buku dari berbagai jenis, mungkin dari zaman siti khadijah sampai zaman siti nurhalizah ini. 
Sang dosen pun tak pernah pelit padaku (hanya padaku= karena aku jika meminjam buku selalu ku kembalikan tepat waktu sesuai dengan perjanjian)

Hanya selintas aku membaca Rumah Kaca, di tuturkan disana bahwa buku ini adalah bagian keempat dari tetralogi Bumi Manusia dengan rincian secara berurutan Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa , Jejak Langkah dan Rumah Kaca. di tulis oleh sastrawan Indonesia Pramoedya Ananta Toer.(Pak Pram)

Dan yang baru aku baca adalah Bumi Manusia dan Anak semua bangsa. Rumah kaca tidak sempat aku teruskan karena tidak tahu awal kisahnya. Dan sediikit yang aku dapat dari dua roman yang sudah kubaca begini:

Roman ini syarat akan sejarah bangsa yang luar biasa tanpa dibuat-buat atau dipalsukan, seperti kebanyakan sejarah bangsa ini. Roman ini mengungkapkan kisah cerita yang lugas, apa adanya. Tak heran jika berbenturan dengan sejarah yang dibuat-buat oleh para penguasa negeri ini.

Tetralogi roman ini disebut karya pulau Buruh, karena pada kenyataanya, ketika Pak Pram menulis ini dalam keadaan di pengasingan di pulau Tersebut. Dan karya-karyanya jika tidak di selamatkan ke luar negeri maka kita tak bisa mendapati karya yang menuturkan sejarah dengan apa adanya ini.Karena itu juga karya pulau buruh ini tidak dibiarkan begitu saja boleh beredar di Indonesia pada saat itu.

Penggunaan Bahasa sastra yang bernilai tinggi. Pertama-tama aku membacanya memang harus menyeimbangkan antara pikiran dan hati, supaya mantab, tapi tetap saja kaku butuh proses. Tidak seperti novel-novel kebanyakan  , bahasa yang di gunakan Pak Pram bahasa pada saat itu, zaman kolonial , jadi perlu menyesuaian ketika ingin  mendalami isi ceritanya.
Baru membaca dua roman Bumi Manusia dan Ana Semua Bngsa, aku terbawa juga dengan gaya bahasa pak Pram. hadehhh. Pak Pram begitu kaya dengan bahasa. Aku iri padanya.

Lewat tokoh utamanya Minke, aku begitu dibuat terkagum-kagum dengan roman satu ini . Minke  sebagai anak salah satu Bupati di Surabaya bisa menikmati sekolah hingga tingkat SMP (H.B.S) itu yang sebenarnya  hanya diperuntukan anak-anak Belanda saja, tapi karena jaminan dari neneknya Minke bisa juga bersekolah di sekolahan Belanda itu, yang nantinya akan membentuk Seorang Minke menjadi pribadi yang memiliki pola pikir terbuka, cerdas dan pemikir serta ia bisa menguasai beberapa bahasa asing.

Banyak kejadian yang ia temui sepanjang Bumi manusia dan Anak Semua Bangsa (karena baru itu yang aku baca), ketika di hadapkan oleh persoalan masyarakat pribumi dan eropa. Minke banyak merenung, kemudian ia menulis apapun yang bisa ia tulis dalam bahasa Belanda.

Disini juga tampak jelas bagaimana pernbedaan antara pribumi dengan bangsa eropa (belanda) yang tampak mencolok, perbedaan kulit hitam pribumi dan putih eropa, kemudian Pribumi yang miskin ini dimanapun tempatnya di muka bumi ini , tidak hanya di Indonesia, selalu menjadi kaum termarjinalkan, terdiskriminasikan bukan buatan.
Pribumi sebagai manusia yang hak dirampas oleh eropa tidak memiliki kekuatan apapun. Tidak hanya harta benda tapi anak-anak yang sudah mulai gadis di ambil untuk di jadikan gundik atau nyai atas juragan eropa. Tragis memang.

Dan satu hal juga yang menarik , petualangan cinta sang tokoh Utama. Minke bertemu dengan seorang Putri cantik anak pengusaha janda kaya dari Wonokromo, Nyai Ontosoroh . Nyai di ambil sebagai Gundik atau pelayan nafsu lelaki dan di perlakukan seperti babu. Nama anak Nyai Ontosoroh adalah Annelis peranakan antara Pribumi dan eropa.

Singkat cerita Minke menikahi Annelis. Hanya singkat saja mereka berbahagia. karena diluar dugaan dan keinginan masalah bertubi-tubi menimpa keluarga baru itu hingga memisahkan Minke dengan sang istri.
 Cinta yang tulus yang pertama dan terkahir tak bisa di pisahkan dengan apapun kecuali kematian.
Sebatas roman kedua Minke tetap sendiri, meski Ibu mertuanya meminta dia untuk menikah lagi. Dia lebih memilih untuk melanjut sekolah dokter di Batavia.

Cover Baru

Baru sekali ini aku begitu menggebu-gebu dengan sebuah buku, dan semakin penasaran dan iri kepada sahabat-sahabat yang sudah membacanya.
Kisah serunya silahkan deh Baca ajah Romanya.
Tapi jujur, karena aku tinggalnya di daerah yang terisolasi mungkin jadi susah untuk mendapatkan buku-buku yang memang langka ini. Dua buku lagi Jejak Langkah dan Rumah kaca belum tau harus minjam kemana.
Semua pinjam karena di Gramedia di daerahku tidak ada.

LihatTutupKomentar